WIRAUSAHA GAGAL VS SUKSES

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari – hari masih banyak orang yang menafsirkan memandang bahwa kewirausahaan adalah identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif, misalnya : petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pimpinan proyek, dan lain sebagainya. Memang pada awalnya kewirausahaan dijumpai dalam dunia bisnis, akan tetapi akhir – akhir ini berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan sering digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi pimpinan suatu organisasi.

B. Rumusan Masalah

  1. Kunci sukses apa yang harus diterapkan dalam kewirausahaan supaya usaha tersebut tidak gagal?

  2. Apakah usaha yang sukses harus dengan modal yang banyak / besar?

BAB II
LANDASAN TEORI

Kewirausahaan diawali dengan suatu aksioma yaitu adanya tantangan. Dengan adanya tantangan tersebut maka akan dapat menimbulkan gagasan, kemauan, dan dorongan untuk berinisiatif yang tidak lain adalah berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Kreatif itu sendiri adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara – cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang, sedangkan inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang.

Tidak ada tantangan tidak kreatif, dan tidak kreatif tidak akan ada tantangan. Semua tantangan pasti memiliki resiko. Resiko yaitu kemungkinan berhasil atau tidak berhasil. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang berani menghadapi resiko dan menyukai tantangan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi (peniruan) dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi) tahap proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda itulah yang disebut tahap kewirausahaan.

Faktor – faktor tahap Inovasi yang Memicu Kewirausahaan :
- Motif berprestasi
- Komitmen
- Nilai – nilai pribadi, pendidikan
- Pengalaman

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. ANALISIS


a.1. Analisis Wirausaha Sukses

Bisnis flexter merupakan sebuah sistem member get member yang telah terbukti dapat menghasilkan banyak jutawan baru dalam waktu yang sangat singkat. Yana Aryadi pada tanggal 11 September 2006 seorang akuntan dan staf dosen pengajar diperguruan tinggi swasta Bandung memutuskan untuk mulai mengembangkan bisnis flexter. Berawal dari sebuah impian dan kesungguhan dengan visi membangun asset yang berkepanjangan dan menghasilkan pasif income.


a.2. Analisis Wirausaha Gagal

Bisnis perajin tenun di Pemalang bangkrut karena kenaiakn harga bahan baker minyak menghantam kerajinan di Jawa Tengah. Ratusan perajin tenuntradisional di Pemalang gulung tikar menyusul melambungnya harga bahan baku terutama benang dan bahan pewarna. Mereka kini hanya mengharapkan uluran tangan pemerintah untuk mengangkat kembali nasib para perajin karena sumber pendapatan hanya bisa diperoleh dari penjualan tenun.

Para perajin itu berada di desa Wanarejan Utara kecamatan Taman, kabupaten Pemalang, Jateng. Kini perajin yang bertahan pada saat ini hanya mampu memproduksi 20 potong kain sarung. Padahal sebelum kenaiakan BBM, para perajin mampu memproduksi 4 kodi/80 potong per hari. Sebanyak 80 persen sarung tenun mereka untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke Timur Tengah dan Eropa. Kondisi itu disebabkan harga benang sebagai bahan baku yang sebelumnya Rp.5.000.000 per bal kini naik menjadi Rp.8.000.000 per bal. Jumlah ini belum ditambah dengan kenaikan harga bahan pewarna yang seluruhnya didatangkan dari China. Kegagalan usaha adalah hal yang tidak diinginkan tetapi ada faktor – faktor yang mempengaruhinya seperti yang tertera di artikel.

B. PEMBAHASAN

b.1. Pembahasan Wirausaha Sukses

Kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi yang dipicu oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi kewirausahaan adalah Locus Of Control, pendidikan, pengalaman, komitmen, visi, keberanian mengambil resiko, dan usia. Sedangkan faktor lingkungan adalah sosiologi, organisasi, keluarga, peluang, model peran, pesaing, investor, dan kebijakan pemerintah.

Dari artikel wirausaha sukses, dengan kesungguhan dan fokus yang tinggi dapat memberikan hasil yang sangat memuaskan. Bapak Yana mempunyai komitmen flexter sebagai sumber pulsa elektronik. Flexter memberikan komitmen 3S terhadap kualitas produk yang diusahakan oleh pak Yana yaitu ; Sistem, Stock pulsa, dan Service.

Dalam layanan sistem, transaksi online 24 jam, sehingga dapat menunjukkan kemampuan sistem server dealer pulsa dalam melayani transaksi. Sistem juga menyediakan website yang bisa menunjukkan rekap transaksi realtime di FlexterPulsa.com. Segala fasilitas reply sms free/gratis. Dealer lain yang mempunyai harga murah biasanya banyak laporan yang tidak ditunjukkan atau dealer mengenakan biaya tambahan misalnya untuk cek saldo atau cek rekap transaksi.

Stok pulsa selalu ready dan ada backup jika habis. Banyak dealer pulsa bisa murah harganya tetapi stock sering habis, itu dikarenakan sistem pembelian pulsa kepada operator (terutama Telkomsel) mengharuskan adanya paket pembelian nominal pulsa. Dalam layanan bapak Yana selalu sedia backup jika stock habis, contoh produk ST dan S(simpati), jika STnya habis member bisa memakai S sebagai backup.

Pelayanan service, kualitas service dalam layanan penjualan pulsa elektrik mempunyai parameter utama profesionalisme dealer pulsa. Sistem yang transparan disertai pelayanan customer service maka service cukup untuk membuat member/agen tenang menjalankan bisnis isi ulang pulsa elektrik.

Langkah untuk menjadi wirausaha yang sukses adalah ;

  1. adanya visi dan tujuan yang jelas.
  2. ketersediaan untuk mengambil resiko uang dan waktu.
  3. perencanaan terorganisir.
  4. kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingan.
  5. pengembangan hubungan yang baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan

    yang lainnya.

  6. tanggung jawab terhadap keberhasilan ataupun kegagalan.

    Keuntungan berwirausaha adalah ;

  7. Otonomi, pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi

    seorang "bas"yang penuh kepuasan.

  8. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi.
  9. Kontrol Financial, wirausaha memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan

    dan merasa keuangan sebagai kekayaan sendiri.

    b.2. Pembahasan Wirausaha Gagal

    Dalam kewirausahaan biasa muncul watak, sifat, jiwa (perilaku) kewirausahaan seperti percaya diri didalam usaha yang lebih maju/terkenal kita harus selalu percaya diri supaya usaha kita terjauh dari kebangkrutan dan berani menghadapi resiko, maksudnya adalah dalam usaha yang dialami masyarakat Wanarejan Utara, kecamatan Taman, kabupaten Pemalang. Karena kenaikan bahan baker minyak yang cukup menyusahkan warga miskin membuat kerajinan tenun didesa tersebut gulung tikar. Padahal tenun merupakan pekerjaan sehari – hari yang bisa dapat diandalkan, oleh karena itu sekarang mereka hanya bisa mengharapkan uluran tangan dan bantuan dari pemerintah untuk mengangkat kembali nasib para perajin tenun di Indonesia, khususnya di desa Wanarejan Utara, Pemalang. Salah satu bantuan yang diharapkan adalah bantuan modal.

    Langkah – langkah untuk menangulangi kegagalan dalam berusaha ;

    1. percaya diri yang kuat.
    2. modal yang cukup.
    3. bisa mengatur/mengembangkan usahanya.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa wirausaha adalah orang yang berani menghadapi resiko dan menyukai tantangan. Jadi apabila suatu saat usahanya mengalami kesuksesan atau kegagalan maka harus berani menanggung/menghadapi semua resiko yang ada. Dan untuk menanggulangi kegagalan dalam berusaha maka kita harus berani menanggung resiko dan rasa percaya diri yang kuat.

Selain itu kemampuan menciptakan kreasi dan inovasi dalam berwirausaha juga dapat menjadikan seseorang mampu meningkatkan kreatifitas guna mengembangkan usahanya. Kemampuan mencari peluan dan memecahkan masalah juga sangat dibutuhkan dalam melaksanakan suatu wirausaha.

B. Saran

  • dalam berperilaku kewirausahaan harus percaya diri, penuh keyakinan, optimis, berkomitmen serta selalu bertanggung jawab.
  • Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan yang matang.

Memiliki kemampuan pengaturan tentang manajemen (kepemimpinan) dan organisasi bisnis.

SISTEM INFORMASI PEMASARAN

Sistem Informasi Pemasaran, menurut saya, Sistem merupakan suatu organ yang menjalankan tugas secara bersama-sama. Sedang informasi adalah sebuah keterangan yang didapatkan seseorang dengan cara apapun yang mampu diterima oleh akal pikiran orang tersebut, sebut saja berita. Sedang pemasaran sendiri adalah salah satu bagian dari sebua usaha managerial. Jadi, Sistem Informasi Pemasaran menurut saya adalah suatu tatanan tersendiri dalam suatu perusahaan untuk memasarkan produknya ke khalayak umum atau para konsumennya. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari Sistem Informasi Pemasaran menurut literatur yang saya temukan sebagai berikut.

Sesuai perkembangan sekarang, perusahaan yang menggunakan TPU (transaction processing unit), database yag ada dapat digabungkan dengan database non transaksi yang berasal dari sistem informasi fungsional. Gabungan database ini dapat digunakan oleh manajer semua level untuk membuat laporan, salah satu sistem fungsional yang akan kita bahas sekarang adalah Sistem Informasi Pemasaran.

Sistem Informasi Pemasaran selalu digunakan oleh bagin pemasaran dalam sebuah perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut.sistem informasi ini merupakan gabungan dari keputusan yang berkaitan dengan:

  1. Produk (Product)
  2. Tempat (Place)
  3. Promosi (Promotion)
  4. Harga (Price)

menurut mc leod (2000), Sistem Informasi Pemasaran terdiri dari beberapa subsistem antara lain:

  1. Subsistem riset pemasaran, merupakan sistem yang berhubungan dengan pengumpulan, pencatatan dan analisis data pelanggan dan calon pelanggan dan calon pelanggan.
  2. Subsistem informasi pemasaran, merupakan subsistem yang berhubungan dengan pengumpulan, pencatatan dan analisis terhadap pesaing.
  3. Subsistem pemrosesan transaksi, merupakan subsistem berupa sistem informasi akuntansi.
  4. Subsistem produk, berguna untuk membuat rencana produk baru.
  5. Subsistem tempat, berguna untuk pengambilan keputusan terhadap penentuan tempat yang sesuai dengan pelemparan produk yang dihasilkan.
  6. Subsistem promosi, berfungsi untuk melakukan analisis terhadap promosi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan.
  7. Subsistem harga, berfungsi untuk membantu menetapkan harga terhadap produk yang dihasilkan.
  8. Subsistem peramalan penjualan, untuk melakukan peramalan penjualan.

Informasi adalah bahan dasar pengambilan keputusan dalam kegiatan pemasaran. Informasi bagi usaha kecil dikelola dengan mudah, sederhana dan informal, sehingga usaha kecil sering tidak memiliki unit kerja yang mengelola informasi bagi dalam pengumpulan, pengolahan maupun distribusi. Bagi usaha atau perusahaan besar sekelas IBM, Airbus, Coca Cola, aktivitas ini akan dilakukan dengan baik. SEmakin besar dan komplek perusahaan ditambah dengan meningkatnya persaingan dan perubahan lingkungan, semakin meningkatkan kebutuhan sistem informasi yang lebih formal dan sistematis.

Tujuan umum dari studi evaluasi sistem pelayanan informasi pasar adalah:

  1. Mengadakan studi atas pelaksanaan, hambatan dan hasil yang telah dicapai dari pengembangan sistem informasi pasar yang telah dilaksanakan selama ini;
  2. Menganalisis permasalahan yang timbul dari pelaksanaan sistem pelayanan informasi pasar;
  3. Mencari konsep untuk melengkapi, memperbaiki dan menyempurnakan sistem yang telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan para pemakai jasa informasi pasar menurut perkembangan waktu, teknologi dan gerak serta pola perekonomian.

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan, lokakarya, observasi dan wawancara dengan aparat Departemen Perdagangan Daerah dan khalayak pemakai informasi.

Analisis hasil temuan lapangan dibagi dalam dua aspek, yaitu aspek pelaksana informasi dan pemakai informasi. Dari sisi pelaksana informasi:

  1. Tingkat pendidikan para pelaksana informasi sebagian besar berpendidikan sarjana/sarjana muda. Sedangkan tingkat pendidikan para pengumpul data dan pengolah data relatif masih rendah (tamat SD, SLTP, SLTA dan Diploma/Perguruan Tinggi);
  2. Hambatan yang dirasakan dalam penyebaran informasi bervariasi yaitu dana, waktu dan sasaran penyebaran
  3. Hambatan dalam pengumpulan data lebih banyak pada faktor dana, karena terbatasnya dana untuk kegiatan informasi pasar;

Hambatan pada pengolahan data adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang canggih seperti komputer bukan hanya memudahkan mengolah data, tetapi juga dapat disajikan pelayanan informasi pasar secara terpadu antar-Kabupaten/ Kodya dan bahkan antar-propinsi.

PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB I

PENDAHULUAN


  1. Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen

    Jauh sebelum adanya teknologi komputer, sistem informasi manajemen (SIM) telah digunakan oleh para pimpinan organisasi atau perusahaan, termasuk manajer dalam upaya pengambilan keputusan. Namun demikian, proses pengambilan keputusan yang dilakukan saat itu masih sangat sederhana. Segala sesuatunya masih berjalan secara manual, masih lamban, karena semua data masih tersimpan dalam lembaran-lembaran arsip yang bermacam ragam. Manakala sang pimpinan membutuhkan berbagai informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang harus diputuskan atau diambil kebijakan, maka tidak ada cara lain kecuali membongkar semua arsip yang dibutuhkan. Kalaupun arsip tersebut ditemukan, kadangkala tulisannya sudah kabur, kertasnya sudah kusam, atau bahkan mungkin sudah rusak karena dimakan rayap atau kutu buku dan sejenisnya. Pendek kata, proses pencarian arsip dan dokumen yang dibutuhkan sebagai dasar dari pengambilan keputusan bagi sang pimpinan sangatlah lamban dan membutuhkan waktu yang lama.

    Demikian gambaran proses sistem informasi manajemen kala itu, dimana teknologi komputer belum ditemukan. Semuanya serba lamban, tidak efisien dan juga tidak efektif. Dengan hadirnya teknologi komputer seperti sekarang ini, telah mengubah segalanya. Data dan dokumen yang tadinya disimpan secara manual, sekarang semuanya tersimpan secara digital, dengan sekali klik saja, semua dokumen dan data dapat ditampilkan. Hanya dalam hitungan detik saja, data dapat disajikan. Dengan kondisi demikian, tentu saja Sistem Informasi Manajemen (SIM) hanya tinggal mempersiapkan substansinya saja, sedangkan wadah atau kerangkanya dapat dipersiapkan melalui teknologi komputer. Namun demikian, hadirnya teknologi komputer telah merubah persepsi orang kebanyakan. Apabila berbicara tentang Sistem Informasi Manajemen, maka yang diingat adalah komputer dengan sebuah sistem yang saling tersambung dengan berbagai jaringan dalam komputer tersebut. Persepsi seperti ini tentu saja tidaklah semuanya benar, karena teknologi komputer hanyalah sebuah wadah atau fasilitas, yang kehadirannya mempermudah proses dalam Sistem Informasi Manajemen, sedangkan prinsip kerja dan basis dari SIM itu sendiri adalah ilmu manajemen, karena memang SIM itu lahir dari manajemen. Artinya, tanpa adanya manajemen maka SIM itu sendiri sesungguhnya tidak ada. Adapun komputer, kehadirannya seperti proses reaksi kimia bagi katalisator, katalisator dapat mempercepat proses reaksi kimiawi, tetapi dia sendiri bukanlah zat kimianya.

Data masukan biasanya terdiri atas unsur-unsur seperti banyaknya bahan mentah, tanggal penyerahan, harga produk, biaya tenaga kerja dan lainlain. Data operasi meliputi unsur-unsur seperti angka produksi, biaya mesin, dan pekerjaan dalam proses. Data keluaran mengandung informasi tentang unsur-unsur seperti barang-barang potongan, tingkat inventaris akhir dan tanggal pengiriman. Data ini disampaikan melalui saluran komunikasi ke unit pengolah yang dalam sistem informasi yang kompleks terdiri atas komputer-komputer elektronik dan perlengkapan-perlengkapan yang berhubungan. Unit masukan pencatat data pada umurnnya terdiri atas pencatatan dengan tangan oleh orang-orang bila dikerjakan secara manual, dan dalam beberapa hal pencatatan data di atas kartu berlubang (punched card) atau pita berlubang (punched tape). Apabila data bergerak menuju ke unit pengolah, maka data tersebut disusun menjadi bentuk-bentuk yang lebih berguna dan menjadi masukan ke dalam proses perencanaan dan pemecahan masalah.

Pengaturan umpan tralik (feedback loop) terdiri atas saluran-saluran informasi yang menyampaikan masukan yang telah diolah. operasi, dan data keluaran kepada langkah-langkah analisis dan keputusan sehingga rencana rencana dan standar-standar dapat dinilai dan petunjuk-petunjuk kontrol dapat disampaikan ke bawah kepada tingkat-tingkat operasi organisasi.


  1. Perumusan Permasalahan

    Dalam penulisan makalah ini, penulis mengangkat permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

    1. Definisi pembuatan keputusan, jenis-jenis, tingkat pengambilan keputusan, dan cara menganalisis keputusan dalam suatu organisasi.
    2. Definisi SIM dan jenis-jenis SIM.
    3. Bagaimana hakekat Pengambilan Keputusan.
    4. Bagaimanakah peranan SIM dalam pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi?



BAB II

PEMBAHASAN


  1. Definisi Pembuatan Keputusan

    Salah satu kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat yang akan dapat memperbaiki hasil sistem keseluruhan dalam batas-batas tertentu. Dengan demikian pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan dari berbagai alternatif baik kualitatif maupun kuantitatif untuk mendapat suatu alternatif terbaik guna menjawab masalah atau menyelesaikan konflik (pertentangan). Proses penurunan suatu keputusan mengandung empat unsur :

    1. Model : Model menunjukkan gambaran suatu rnasalah secara kuantitatif atau kualitatif .
    2. Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan tujuan dari keputusan yang diamtril. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling bertentangan, maka pengambilan keputusan harus melalui kompromi (misalnya menambah jasa langganan dan mengurangi persediaan, maka keputusan mana yang diambil perlu kompromi).
    3. Pembatas; Faktor-faktor tambahan yang perlu diperhatikan dalam memecahkan masalah pengambilan keputusan. Misalnya dana yang kurang tersedia.
    4. Optimalisasi: Apabila masalah keputusan telah diuraikan dengan sejelas-jelasnya (model), maka manajer menentukan apa yang diperlukan (kriteria) dan apa yang diperbolehkan (pembatas). Pada keadaan ini pengambil keputusan siap untuk memilih pemecahan yang terbaik atau yang optimum.


  2. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

    Masalah dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di antaranya bersifat sederhana dan deterministik, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan probabilistik serta dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan dapat bersifat rutin dan memiliki struktur tertentu atau dapat juga bersifat sangat kompleks dan tidak berstruktur. Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :


  1. Pengambilan keputusan terprogram :

    Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik. Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas yang lebih penting.


  2. Pengambilan keputusan tidak terprogram:

    menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah'masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses-proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter'parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab m'asalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas'fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasikonflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung kepada mutu informasi yang mendasari tugas ini.

    Pandangan terhadap pengambilan keputusan adalah bahwa proses ini merupakan proses penggunaan informasi yang rasional, bukan proses yang emosional, Dalam hal ini, kesukaran-kesukaran dalam pengambilan keputusan dapat dikaitkan kepada:

    1. Informasi yang tidak cukup dan
    2. Maksud dan tujuan yang tidak dispesifikasikan secara jelas.

    Pengambil keputusan mempunyai suatu cara untuk dapat memahami informasi yang menentukan efisiensi pengolahan informasinya. Pengetahuan seseorang yang lalu digabungkan dengan kecakapannya mengolah informasi akan menentukan kesanggupannya untuk mengambil keputusan.


  1. Tingkat-Tingkat Pengambilan Keputusan

    Pengambilan keputusan berkisar dari sangat rutin dan baku (terprogram) sampai kompleks (tidak dapat diprogram). Untuk maksud klasifikasi, maka pada dasarnya ada tiga tingkat pengambilan keputusan.


    1. Pengambilan keputusan tingkat strategis

      Pengambilan keputusan strategis dicirikan oleh sejumlah besar ketidak pastian dan berorientasi ke masa depan. Keputusan-keputusan ini menetapkan rencana jangka panjang yang akan mempengaruhi keseluruhan organisasi. Pengambilan keputusan tingkat strategis misalnya perluasan pabrik, penentuan produksi, penggabungan, penggolongan, pengeluaran modal dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa strategi yang diputuskan itu berhubungan dengan perencanaan jangka panjang dan meliputi penentuan tujuan, penentuan kebijaksanaan, pengorganisasian, dan pencapaian keberhasilan organisasi secara keseluruhan.


    2. Pengambilan keputusan tingkat taktis.

      Pengambilan keputusan taktis berhubungan dengan kegiatan jangka pendek dan penentuan sumber daya untuk mencapai tujuan. Jenis pengambilan keputusan irfi berhubungan dengan bidang-bidang seperti perumusan anggaran, analisis ariran dana, penentuan tata ruang pabrik, masalah kepegawaian, perbaikan produksi serta penelitian dan pengembangan. Bila pengambilan keputusan strategis sebagian besar mengandung kegiatan perencanaan yang menyeluruh, pengambilan keputusan taktis memerlukan gabungan dari kegiatan perencanaan dan pengawasan. Jenis keputusan ini memiliki potensi yang kecil untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram.. Untuk sebagian besar aturan-aturan keputusan dalam pengambilan keputusan taktis tidak tersusun dan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap kebiasaan sehari-hari dan peraturan yang mengatur sendiri.


    3. Pengambilan keputusan tingkat teknis.

      Pada tingkat teknis, standar-standar ditentukandan output bersifat deterministik (sifatnya menentukan). Pengambilan keputusan teknis adalah suatu proses yang dapat menjamin bahwa tugas-tugas spesifik dapat dilaksanakan dalam cara efektif dan efisien. Tingkat ini lebih ditekankan pada fungsi pengawasan dan sedikit sekali fungsi perencanaan. Pada tingkat ini pengambilan keputusan terprogram dapat dilaksanakan. Contoh jenis pengambilan keputusan ini adalah penerimaan atau penolakan kredit, pengendalian proses, penentuan waktu, penerimaan, pengiriman, pengawasan inventaris dan penempatan karyawan.


    Suatu tingkat pengambilan keputusan yang berlainan memerlukan jenis informasi yang berbeda pula. Para analis harus menyadari jenis-jenis pengambilan keputusan ini di dalam sistem informasi guna memenuhi keperluan yang berbeda-beda, karena informasi yang akan dihasilkan tergantung kepada keperluan-keperluan ini.

    Perlu diperhatikan dan dipahami secara jelas bahwa dalam prakteknya di antara berbagai golongan pangambilan keputusan ini sering batas-batasnya kabur dan malahan sering tumpang tindih. Walaupun garis-garis pemisahnya tidak jelas atau kabur, namun sebagai seorang analis harus menyadari akan adanya jenisjenis pengambilan keputusan ini dan bagaimana sistem informasi dapat dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang berlainan, sebab informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akan tergantung kepada kebutuhan-kebutuhan ini.

    Dalam banyak organisasi, keputusan-keputusan strategis dan taktis lebih banyak diambil berdasar intuisi, pengalaman dan kemampuan interpretasi, daripada berdasar informasi dari sistem informasi formal.

    Dalam lingkup manajemen usaha dan proyek, masalah yang muncul hampir seluruhnya merupakan masalah yang usulan pemecahannya perlu dipertanggungjawabkan, bahkan terkadang seluruh prosesnya perlu diungkapkan untuk dapat diperiksa.

    Hal ini menuntut penggunaan pendekatan yang bersifat formil. Sebagai contoh, keputusan suatu perusahaan untuk mengembangkan produk tidaklah dapat dilaksanakan secara intuitif. Seluruh tahapan perlu dipaparkan untuk meyakinkan pemegang saham, direksi, bagian teknik, bagian produksi dan pemasaran bahwa produk baru tersebut dapat dibuat dan memang akan menguntungkan perusahaan. Melalui pendekatan formal semacam ini, maka keputusan tidak saja dibuat akan tetapi diungkapkan pada semua pihak yang berkepentingan, sebagai usaha utama untuk meyakinkan pihak lain. Pendekatan formal ini membutuhkan sistematika yang jelas, masuk akal, seluruh tahapannya mengikuti urutan yang benar dan kesimpulan akhir merupakan hasil yang konsisten dari seluruh proses. Informasi yang disusun secara teratur dan sistematik dan selalu diperbaharui maka ia akan merupakan sarana pengambilan keputusan tidak lain merupakan usaha pentransformasian. Informasi ke dalam bentuk usulan atau alternatif.

    Inti dari sistem informasi manajemen adalah penyusunan informasi secara teratur dan sistematik mengikuti struktur organisasi dan digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. Dalam lingkup keputusan yang bersifat rutin maka sistem informasi manajemen merupakan alat Bantu yang sangat diperlukan karena informasi yang terolah dengan baik dapat memberi arah pada keputusan yang baik tinggal menambahkan faktor pertimbangan yang perlu dihasilkan oleh pengambil keputusan.

    Satu langkah yang lebih kontemporer lagi, adalah dengan memasukkan beberapa aspek dari mekanisme keputusan ke dalam sistem informasi manajemen tersebut, sehingga pengambil keputusan pada dasarnya hanyalah tinggal memilih saja.


  2. Analisis Keputusan

    Sebagian besar keputusan-keputusan yang dibuat dalam hidup kita ini adalah berdasarkan intuisi. Kita mempertimbangkan pilihan-pilihan yang kita hadapi berdasarkan informasi yang telah kita miliki dan sesuai dengan preferensi kita' untuk kemudian dengan proses intuitif dapat menuju suatu tindakan yang mencerminkan keputusan terbaik yang kita pilih.

    Ciri utama intuisi yang amat mengganggu kita adalah kenyataan bahwa logika dari intuisi tidak dapat ditelusuri secara rasional. Bila seorang Direktur perusahaan mengambil keputusan berdasarkan intuisi, mungkin ia akan berkata, "saudara-saudara sekalian, saya telah membaca semua laporan yang masuk dan setelah mempertimbangkannya masak-masak, saya kira sebaiknya kita bergabung dengan Perusahaan X". Meskipun mungkin keputusan tersebut merupakan pemikiran yang cemerlang, tetapi kita sama sekali tidak dapat mengevaluasinya. Tak ada jalan atau alat analisis untuk memeriksa langkah demi langkah untuk menentukan apakah keputusan tersebut merupakan suatu konsekuensi logis dari pilihan-pilihan, informasi yang tersedia dan preferensi pengambil keputusan. Semuanya itu hanya berlangsung dalam pikiran si pengambil keputusan saja dan tidak dapat menerangkan secara jelas kepada orang lain. Dalam kehidupan modern, di mana saling ketergantungan antar banyak unsur makin meningkat, maka makin pentinglah bagi seorang untuk dapat menerangkan bagaimana ia dapat sampai pada suatu keputusan. Juga adalah hal yang amat penting untuk dapat mengetahui bagaimana perubahan faktor-faktor yang berpengaruh akan dapat mengakibatkan berubahnya keputusannya yang terdahulu.

    Suatu proses pengambilan keputusan yang bukan berdasarkan intuisi, tetapi berdasarkan tahapan-tahapan yang sistematik dalam analisis keputusan ini. Analisis keputusan sebagai suatu prosedur untuk menganalisis suatu persoalan keputusan. Prosedur ini pada dasarnya merupakan suatu cara untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang penting telah benar-benar dilakukan. Sehingga sebagai satu kesatuan yang lengkap, hasil yang diperoleh dapat diyakini kebenarannya. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa di dalam prosedur keputusan akan terdapat tiga tahapan utama, yaitu:

    1. Tahap deterministik

      Dalam tahap ini perubah-perubah (Variable-variable) yang mempengaruhi keputusan perlu didefinisikan dan disalinghubungkan, perlu dilakukan penetapan nilai, dan selanjutnya tingkat kepentingan perubah diukur tanpa terlebih dahulu memperhatikan unsur ketidakpastiannya;

    2. Tahap probabilistik

      Ini merupakan tahap penetapan besarnya ketidakpastian yang melingkupi perubah-perubah (variable-variable) yang penting dan menyatakannya dalam bentuk suatu nilai. Dalam tahapan ini juga dilakukan penetapan preferensi atas risiko.

    3. Tahap informasional

      Intinya adalah meninjau hasil dari dua tahap yang terdahulu guna menentukan nilai ekonomisnya bila kita ingin mengurangi ketidakpastian pada suatu perubah yang dirasakan penting. Dengan demikian dari tahapan ini kita dapat menentukan apakah masih diperlukan pengumpulan informasi tambahan untuk dapat mengurangi kadar ketidakpastian. Bila ternyata kita mendapatkan bahwa nilai informasi lebih kecil dibandingkan dengan ongkos yang dikeluatkan, maka tak perlu kita mencari informasi tambahan, sehingga hasil dari proses pertamalah yang kita jalankan.


    Dalam hal yang sebaliknya, informasi baru yang diperoleh mungkin saja akan mengubah model dan nilai kemungkinan untuk perubah-perubah yang penting, dan jelas ini akan mengakibatkan bahwa ketiga langkah tersebut harus diulangi kembali. Prosedur ini dapat diterapkan pada berbagai situasi keputusan seperti pada masalah komersial, yaitu dalam memperkenalkan produk baru atau memperbaharui disain produk lama, dalam bidang militer, untuk pengadaan senjata baru atau menentukan sistem pertahanan yang terbaik dalam menghadapi musuh; juga dalam bidang medis, untuk menentukan prosedur perawatan pasien; dan tak lupa pula dalam masalah sosial, yaitu untuk pengaturan dan pelaksanaan pengadaan fasilitas umum; dan terakhir dalam persoalan pribadi, misalnya dalam pemilihan mobil baru, rumah, pekerjaan yang sesuai atau segala situasi keputusan lainnya dimana dapat diteraphan proses analisis yang logis.


  3. Definisi SIM

    Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem informasi dikembangkan untuk tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan bisnis. Sistem informasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

    1. Transaction Processing Systems (TPS)

      TPS adalah sistem informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi. TPS berfungsi pada level organisasi yang memungkinkan organisasi bisa berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Data yang dihasilkan oleh TPS dapat dilihat atau digunakan oleh manajer.

    2. Office Automation Systems (OAS) dan Knowledge Work Systems (KWS)

      OAS dan KWS bekerja pada level knowledge. OAS mendukung pekerja data, yang biasanya tidak menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya menganalisis informasi sedemikian rupa untuk mentransformasikan data atau memanipulasikannya dengan cara-cara tertentu sebelum menyebarkannya secara keseluruhan dengan organisasi dan kadang-kadang diluar organisasi. Aspek-aspek OAS seperti word processing, spreadsheets, electronic scheduling, dan komunikasi melalui voice mail, email dan video conferencing. KWS mendukung para pekerja profesional seperti ilmuwan, insinyur dan doktor dengan membantu menciptakan pengetahuan baru dan memungkinkan mereka mengkontribusikannya ke organisasi atau masyarakat.

    3. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

      SIM tidak menggantikan TPS , tetapi mendukung spektrum tugas-tugas organisasional yang lebih luas dari TPS, termasuk analisis keputusan dan pembuat keputusan. SIM menghasilkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan, dan juga dapat membatu menyatukan beberapa fungsi informasi bisnis yang sudah terkomputerisasi (basis data).

    4. Decision Support Systems (DSS)

      DSS hampir sama dengan SIM karena menggunakan basis data sebagai sumber data. DSS bermula dari SIM karena menekankan pada fungsi mendukung pembuat keputusan diseluruh tahap-tahapnya, meskipun keputusan aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan.

    5. Sistem Ahli (ES) dan Kecerdasan Buatan (AI)

      AI dimaksudkan untuk mengembangkan mesin-mesin yang berfungsi secara cerdas. Dua cara untuk melakukan riset AI adalah memahami bahasa alamiahnya dan menganalisis kemampuannya untuk berfikir melalui problem sampai kesimpulan logiknya. Sistem ahli menggunakan pendekatan-pendekatan pemikiran AI untuk menyelesaikan masalah serta memberikannya lewat pengguna bisnis. Sistem ahli (juga disebut knowledge-based systems) secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang ahli untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisasi. Berbeda dengan DSS, DSS meningalkan keputusan terakhir bagi pembuat keputusan sedangkan sistem ahli menyeleksi solusi terbaik terhadap suatu masalah khusus. Komponen dasar sistem ahli adalah knowledge-base yakni suatu mesin interferensi yang menghubungkan pengguna dengan sistem melalui pengolahan pertanyaan lewat bahasa terstruktur dan anatarmuka pengguna.

    6. Group Decision Support Systems (GDSS) dan Computer-Support Collaborative Work Systems (CSCW)

      Bila kelompok, perlu bekerja bersama-sama untuk membuat keputusan semi-terstruktur dan tak terstruktur, maka group Decision support systems membuat suatu solusi. GDSS dimaksudkan untuk membawa kelompok bersama-sama menyelesaikan masalah dengan memberi bantuan dalam bentuk pendapat, kuesioner, konsultasi dan skenario. Kadang-kadang GDSS disebut dengan CSCW yang mencakup pendukung perangkat lunak yang disebut dengan "groupware" untuk kolaborasi tim melalui komputer yang terhubung dengan jaringan.

    7. Executive Support Systems (ESS)

      ESS tergantung pada informasi yang dihasilkan TPS dan SIM dan ESS membantu eksekutif mengatur interaksinya dengan lingkungan eksternal dengan menyediakan grafik-grafik dan pendukung komunikasi di tempat-tempat yang bisa diakses seperti kantor.


  4. Hakekat Pengambilan Keputusan

    Pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai salah satu fungsi seorang pemimpin. Dalam pelaksanan kegiatan untuk menerjemahkan berbagi keputusan berbagai alternatif dapat dilakukan dan untuk itu pemilihan harus dilakukan.

    Pengambilan keputusan adalah soal yang berat karena sering menyangkut kepentingan banyak orang.Tidak ada sesuatu yang pasti dalam pengambilan keputusan . Pemimpin harus memilih diantara alternatif yang ada dan kemungkianan implikasi atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.

    Pengambilan keputusan pada hakekatnya adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah . Pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan –tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari pengertian ini dapat diartikan beberapa hal.

    Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. Pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu, antara lain : dengan mempertimbangkan kemampuan organisasi, personnel yang tersedia, situasi lingkungan yang akan digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil.

    Sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakekat dari masalah tersebut harus diketahui dengan jelas.Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan coba-coba tetapi harus didasarkan pada fakta yang terkumpul secara sistematis, baik dan dapat dipercaya. Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dari berbagi alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara matang.

    Dukungan sistem informasi manajemen pada pembuatan keputusan dalam suatu organisasi dapat diuraikan menurut tiga tahapan, proses pembuatan keputusan, yaitu pemahaman, perancangan (design), dan pemilihan. Dukungan SIM biasanya melibatkan pengolahan, file komputer maupun non komputer.


  5. Peran SIM Pada Pengambilan Keputusan

    Pada tahap pemahaman hubungannya dengan SIM adalah pada proses penyelidikan yang meliputi pemeriksaan data baik dengan cara yang telah ditentukan maupun dengan cara khusus. SIM harus memberikan kedua cara tersebut. Sistem Informasi sendiri harus meneliti semua data dan mengajukan permintaan untuk diuji mengenai situasi-situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk masalah-masalah yang diketahui dengan jelas agar disampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga masalah-masalah tersebut dapat ditangani.Pada tahap ini juga perlu ditetapkan kemungkinan-kemungkinannya.

    Dukungan SIM memerlukan suatu data base dengan data masyarakat, saingan dan intern ditambah metode untuk penelusuran dan penemuan masalah-masalah.Pada tahap perancangan (design), kaitannya dengan SIM adalah membuat model-model keputusan untuk diolah berdasarkan data yang ada serta memprakarsai pemecahan-pemecahan alternatif. Model-model yang tersedia harus membantu menganalisis alternatif-altematif. Dukungan SIM terdiri dari perangkat lunak statistika serta perangkat lunak pembuatan model lainnya. Hal ini melibatkan pendekatan terstruktur, manipulasi model, dan sistem pencarian kembali data base.

    Pada tahap pemilihan, SIM menjadi paling efektif apabila hasil-hasil perancangan disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah dilakukan pemilihan, maka peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penilaian kemudian.

    Dukungan SIM pada tahap pemilihan adalah memilih berbagai model keputusan melakukan analisis kepekaan (analisis sensitivitas) serta menentukan prosedur pemilihan. Dukungan SIM untuk pembuatan keputusan terdiri dari suatu database yang lengkap, kemampuan pencarian kembali database, perangkat lunak statistika dan analitik liainnya, serta suatu dasar model yang berisi perangkat lunak pembuatan model-model keputusan.Pada dasarnya peranan SIM tersebut pada proses pemahaman, .yang menyangkut penelitian lingkungan untuk kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Istilah pemahaman di sini mempunyai arti sama dengan pengenalan masalah. Kemudian pada proses perancangan serta pada prosed pemilihan.

    Sering orang menyatakan bahwa komputer akan mengambil keputusan, ini merupakan suatu pemyataan yang salah kaprah dan tidak mengetahui letak peranan komputer serta bagaimana suatu proses pengambilan keputusan dilakukan. Keputusan sebenarnya hanya dapat diambil atau dilakukan oleh manusia.

    Oleh karena itu, manusia pengambil keputusan harus selalu menjadi bagian dari suatu pemilihan. Suatu algoritma keputusan, suatu aturan keputusan atau suatu program komputer hanya membantu dengan memberikan dasar untuk suatu keputusan, akan tetapi pemilihan keputusan dilakukan oleh seorang manusia. Pernyataan komputer mengambil keputusan pada umumnya didasarkan atas anggapan bahwa beberapa keputusan dapat diprogramkan, sedangkan keputusan-keputusan yang lain tidak. Hal ini mengingatkan bahwa klasifikasi tentang keputusan terprogram dan tidak terprogram sangat penting untuk perancangan SIM. Ada suatu kecenderungan di antara para perancang SIM untuk beranggapan, bahwa suatu database (pusat data) saja akan banyak memperbaiki pengambilan keputusan. Pandangan demikian sebenarnya telah mengabaikan akan adanya tiga unsur dalam pengambilan keputusan yang berperan penting, yaitu; data, model atau prosedur keputusan, dan pengambil keputusan, itu sendiri. Oleh karena itu pengambilan keputusan dapat diperbaiki dengan data yang lebih baik, model keputusan yang lebih baik, atau pengambil keputusan yang lebih baik (lebih terlatih, lebih banyak pengalaman, dan sebagainya).

    Pada dasarnya, suatu sistem informasi memiliki sifat yang hampir sama dengan sistem produksi yang mengkonversikan bahan baku menjadi produk yang mungkin langsung digunakan oleh konsumen atau menjadi bahan baku untuk fase konversi berikutnya. Sistem informasi mengkonversi data kasar menjadi suatu laporan yang dapat dipakai atau menjadi input untuk proses lanjutan.

    Banyak manajemen yang tidak puas dengan sistem informasi mereka dan secara tajam langsung menyalahkan sistem komputer. Tiga alasan yang dapat menimbulkan hal ini adalah:

    1. Besarnya harapan yang tidak terpenuhi.
    2. Tidak tepatnya analisis sistem
    3. Sindroma komputer yaitu anggapan bahwa komputer mampu menanggulangi segala kelemahan manajemen.

    Komputer hanya dapat dimanfaatkan bila telah dianalisis berdasarkan perbandingan biaya dengan efektifitasnya dan digunakan secara layak. Keunggulan komputer sebagai suatu alat terletak di dalam kemampuannya mengolah data yang banyak dan kompleks serta melakukan perhiturgan-perhitungan yang rumit dalam waktu yang singkat.

    Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemauan orang-orang di dalam manajemen untuk bersikap terbuka dalam menyampaikan masalah-masalah yang ingin dibantu pemecahannya dengan menggunakan komputer.



BAB III

PENUTUP


  1. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian sebelumnya, bahwa hadirnya teknologi komputer telah memberikan kontribusi yang sangat positif dalam sistem informasi manjemen. Bagi manajer, kehadiran komputer dalam SIM bukan saja memberikan kontribusi positif, lebih jauh dari itu, proses pengambilan keputusan menjadi lebih mudah dan murah.

    Sehubungan dengan hal uraian tersebut di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan; (1) bahwa SIM bukanlah komputer, ia merupakan pengembangan dari ilmu manajemen dan telah ada jauh sebelum hadirnya komputer; (2) bahwa SIM merupakan metode bagi para pimpinan perusahaan/manajer dalam upaya pengambilan keputusan yang dapat dipertanggunjawabkan; (3) bahwa hadirnya teknologi komputer telah membawa perubahan besar bagi aktivitas Sistem Informasi Manajemen; (4) bahwa SIM yang berbasis komputer dapat menyajikan informasi (sebagai bahan dalam pengambilan keputusan) yang mermutu, bernilai dan berkualitas, yaitu informasi yang relevan bagi perusahaan/organisasi, yang akurat dan tentu saja informasi yang tepat waktu atau tidak basi atau kadaluwarsa; (5) bahwa dengan aktivitas SIM yang berbasis komputer, para pimpinan perusahaan/manajer dapat lebih mudah, murah, efisien dan efektif dalam upaya pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating), dan pengawasan (controlling).


  2. Saran
    1. Sebuah organisasi, apalagi organisasi yang besar yang memiliki jaringan transaksi yang cukup besar, diperlukan koordinasi dan komunikasi yang sistematik.
    2. Semakin kompleksnya kegiatan dan berkembangnya unit/satuan/departemen yang ada dalam suatu organisasi, semakin mempersulit koordinasi dan komunikasi apabila tidak diciptakan suatu sistem. Apabila hal itu terjadi, maka akan menimbulkan kesulitan dalam pengambilan keputusan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIDAKSEIMBANGAN (DISEQUILIBRIUM) NERACA PEMBAYARAN (BOP) INDONESIA

Balance of payments manual (BPM) menurut IMF (1993) adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang atau jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain untuk suatu periode waktu tertentu.
BOP memiliki dua komponen utama yaitu :

1. Current Account ( Neraca Berjalan )
Terdiri dari transaksi impor dan ekpor barang dan jasa. Pada Current Account, ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara. Sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan” atau mengeluarkan devisa dari negara. Selain ekspor dan impor, transaksi lain yang termasuk dalam current account adalah penyebab faktor (faktor payment) dan unilateral transfer.

2. Financial Account (Capital Finance Account)
Merupakan pencatat transaksi aset financial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional, ini mencakup pencatatan akan FDI (Foreign Direct Investment/penanam modal asing/PMA), pembayaran deviden, cicilan utang, bunga atau utang, pembelian surat berharga, saham dan lain sebagainya.
Dua fitur utama Financial Account yaitu Capital Inflow dan Capital outflow. Capital inflow merupakan dana atau modal yang masuk kedalam suatu negara (dicatat sebagai kredit), misalnya melalui investasi asing (FDI), pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya. Capital Outflow merupakan dana atau modal yang keluar dari suatu negara (dicatat sebagai debit), misalnya ada swasta atau masyarakat yang melakukan investasi (baik FDI maupun pembelian saham dan surat berharga lainnya) di luar negeri, pembayaran cicilan utang luar negeri, pembayaran bunga atas hutang luar negeri.

Devisit dan surplus pada Current Account
Ada beberapa kondisi yang mungkin dialami negara ketika current accountnya mengalami defisit :
1. Konsumsi melebihi jumlah yang mampu diproduksi. Kondisi ini dalam jangka panjang akan membahayakan perekonomian karena defisit yang terjadi cenderung ditutupi dengan hutang luar negeri maupun penjualan aset keluar negeri, yang akan membutuhkan “pembayaran” di masa yang akan datang.
2. Menurunnya “kompetitive advantage” produk suatu negara di negara lain. Hal ini biasanya disebabkan oleh harga yang lebih mahal. Harga yang lebih mahal membuat produk domestik kurang menarik bagi konsumen di negara lain. Ini terutama sering dikaitkan dengan kurs tukar yang terlalu kuat akan mengakibatkan harga produk suatu negara menjadi relatif mahal di luar negeri, sehingga konsumen luar negeri menjadi enggan untuk membeli.

Jenis – jenis dan Penyebab Disequilibrium
Meskipun secara teoritis Bop harus berada pada kondisi nol (equilibrium), namun pada kenyataannya ini seringkali tidak tercapai. Ada tiga jenis dan penyebab disequilibrium pada Bop:
1. Cyclical diequilibrium. Ada dua hal yang dapat menyebabkanini. Pertama, siklus bisnis/ekonomi yang berbeda antar negara. Kedua, negara-negara memiliki elastisitas permintaan pendapatan (income elasticity of demand) dan/atau elastisitas permintaan harga (price elasticity of demand) yang berbeda.

2. Secular disequilibrium. Merupakan disequilibrium jangka panjang pada Bop, terjadi karena perubahan ekonomi yang mendalam selama jangka panjang waktu yang cukup lama. Perubahan ekonomi ini biasanya di sebabkan adanya fase perpindahan dari satu tahap pertumbuhan ke tahap yang lain. Negara pada tahap pertumbuhan cenderung melakukan investasi domestik > tabungan domestik, dan impor > ekspor. Defisit Bop disini terjadi karena tidak ada dana untuk menutupi surplus impor.

3. Structural diequilibrium. Ini terbagi menjadi dua:
• Disequilibrium pada level barang dan jasa. Terjadi ketika perubahan permintaan atau penawaran terhadap ekspor ataupun impor merubah kondisi equilibrium yang telah ada. Bisa juga terjadi ketika pendapatan banyak dihabiskan di luar negeri.
• Disequlibrium pada level faktor (harga faktor). Terjadi ketika harga faktor (misalnya tenaga kerja) tidak sesuai dengan kondisi faktor endowment di suatu negara. Misalnya jika upah tenaga terlalu tinggi, maka perusahaan akan cenderung mencari negara lain untuk berproduksi, tentunya yang biaya tenaga kerjanya lebih murah. Atau,impor akan barang/jasa yang membutuhkan banyak tenaga kerja seandainya di produksi didalam negeri akan di perbanyak. Ini akan mengakibatkan defisit pada Bop dan pengangguran di dalam negeri.

Kebijakan untuk Mengurangi Defisit Bo
p
1. Devaluasi, yaitu dengan menurunkan kurs tukar. penurunan kurs tukar berarti harga barang ekspor akan lebih murah bagi konsumen luar negeri (karena kurs tukar kita lemah), dan sebaliknya harga barang impor akan menjadi mahal bagi konsumen dalam negeri. Ini akan mendorong ekspor dan menurunkan impor, sehingga pada akhirnya dapat memperbaiki defisit pada BOP.
2. Deflasi, yaitu dengan menurunkan tingkat harga umum (deflasi terjadi ketika tingkat inflasi adalah minus). Dengan tujuan untuk menurunkan permintaan agregat, pemerintah akan menaikan pajak atau suku bunga.
3. Kebijakan supply side, yaitu kebijakan dari sisi penawaran dalam suatu perekonomian. Caranya adalah dengan memanipulasi sisi penawaran (produksi) sehangga dalam jangka panjang akan meningkatkan kekompotifan ekonomi dan ekspor negara.
4. Proteksionisme. Misalnya dengan menaikkan tarif/cukai, memberlakukan kuota, persyaratan impor yang ketat, syrat kandungan impor. Intinya adalah untuk melindungi industri dalam negeri. Dampak negatifnya, Kebijakan ini dapat menghambat produksi dalam negeri sehingga potensi eksporikut turun.Selain itu, industri lokal mungkin menjadi kurang kompetitif karena diproteksi.

Faktor – faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan neraca pembayaran dilihat dari sudut pandang pemasukan negara salah satunya adalah pertanian. Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Walaupun relative contribution sektor pertanian dalam perekonomian diukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dalam membentuk produk domestik bruto atau pendapatan nasional tahun demi tahun kian mengecil, hal itu bukanlah berarti nilai dan peranannya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat kecuali itu, peranan sektor ini dalam menerap tenaga kerjatetap terpenting. Mayoritas penduduk indonesia, yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini nmasih menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian.
Transformasi struktural perekonomian indonesia menuju ke corak yang industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris, bank dunia menunjukan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian. Selain menyedian kebutuhan panganbagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga meruakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasilan devisa.
Itulah mengapa ketidak stabilan neraca pembayaran juga dipengaruhi dari sektor pertanian. Jika sektor pertanian tidak mendukung pemasukan bagi negara, maka pengaruh yang negatif akan terjadi pada neraca pembayaran tiap negara, terutama bagi Indonesia yang termasuk negara sedang berkembang denagn kemampuan agraris.
Salah satu faktor lain yang memepngaruhi keseimbangan Neraca Pembayaran dari segi pemasukan adalah faktor sektor Industri. Istila industri mempunyai 2 arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menjuju kemajua. Produk-produk industrial selalu memiliki “dasar tukar” yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memilki variasi produk yanmg sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tingi kepada pemakainya. Pelaku (produsen, penyalur, pedagang, dan investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik.
Kedua, industri dapat merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yangmengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat elektrikal, masinal, atau bahan manual.
Istilah industri akan digunakan untuk kedua pengertian tadi. Untuk yang pertama, industri dalam arti himpunan-himpunan perusahaan sejenis, kata industri akan selalu dirangkai dengan kata yang menerangkan jenis industrinya. Sedangkan untuk yang kedua,istilah sektor industri maksudnya adalah sektor industri pengolahan, yakni sebagai salah satu sektor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekaan produksi.
Itulah mengapa ketidak stabilan neraca pembayaran juga dipengaruhi dari sektor industri. Jika sektor industri yang berhubungan langsung denagn ekspor dan impor tidak mendukung pemasukan bagi negara, maka akan pengaruh juga yang negatif terjadi pada neraca pembayaran negara. Atau jika terjadi lebih besar impor barang industri daripada yang di ekspor ke luar negeri. Tentunya kita akan kehilangan banyak devisa dan akibatnya neraca pembayaran akan tidak seimbang.

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH STP PASAR DAN KONSEP PRODUK TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK
JAMU TOLAK ANGIN PT SIDOMUNCUL
DI KOTA SEMARANG

OLEH:
NAMA : DIAN IMAMI MASHURI
NIM : 7350407017

MANAJEMEN PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010 


PROPOSAL SKRIPSI


NAMA : DIAN IMAMI MASHURI
NIM : 7350407017
JURUSAN : MANAJEMEN PEMASARAN


JUDUL SKRIPSI
PENGARUH STP PASAR DAN KONSEP PRODUK TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK JAMU TOLAK ANGIN PT SIDOMUNCUL DI KOTA SEMARANG

LATAR BELAKANG

Kelangsungan hidup sebuah perusahaansangat tergantung pada kepuasan parapelanggannya dan kemampuan menghasilkanlaba. Sebuah perusahaan yang mampumemuaskan kebutuhan pelanggannya, akantetapi tidak mampu menghasilkan laba, tidakmungkin akan tetap eksis dan berkembang.Kepuasan pelanggan dan laba harus dicapaisecara simultan. Pendekatan berdasarkankepentingan pelanggan (customer oriented)sebaiknya dilakukan secara lebih sistematisdan efektif.

Harjati (2003) menyatakan bahwa nilai pelanggan adalah persepsi pelanggan dari apa yang mereka inginkan terjadi yaitu konsekuensi-konsekuensi dari produk/jasa yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhannya, pada situasi spesifik. Suatu merk yang paling unggul di antara merk-merk lainnya akan menduduki posisi pertama dalam benak konsumen dan merupakan merk yang paling mudah diingat oleh konsumen. Hal ini sangat menguntungkan karena apabila konsumen melakukan pembelian, merk yang paling mudah diingat yang pertama kali akan dipertimbangkan untuk dipilih.

Rangkuti (2003: 31) mendefinisikan nilai sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk, didasarkan persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut.
Kepuasan menurut Kotler (2000:42) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan- harapannya.

Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2000) dalamTjiptono (2005:195) mendeskripsikan kepuasan sebagai “the good feeling that you have when you achieved something or when something that you wanted to happen does happen”; ”the act of fulfilling a need or desire”; dan “an acceptable way of dealing with a complaint, a debt, an injury, etc.” Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.

Oliver (1997) dalam Tjiptono (2005: 195) dengan bukunya “Satisfaction: A Behavioral Perpective on the Customer” menyatakan bahwa semua orang paham apa itu kepuasan, tetapi begitu diminta mendefinisikannya, kelihatannya tak seorangpun tahu.

Umar (2002:51) menyatakan kepuasan dibagi dua macam, yaitu: kepuasan fungsional dan kepuasan psikologikal. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan sedangkan kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk.

Schemerhorn (1993) dalam Kana (2001), berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan pelanggannya. Pengertian kepuasan/ketidakpuasan pelanggan secara tradisional merupakan perbedaan antara harapan (expectations) dan kinerja yang dirasakan (perceived performance). Pengertian ini didasarkan pada “disconfirmation paradigm” dari Oliver (1980) dalam Pawitra (1993), yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan ditentukan oleh dua variabel kognitif yaitu harapan prapembelian (prepurchase expectations) yaitu keyakinan tentang kinerja yang diantisipasi dari suatu produk/jasa dan “disconfirmation” yaitu perbedaan antara harapan prapembelian danpersepsi dari purnapembelian (post-purchase perception).

Engel et al, (1990) dalam Pawitra (1993) menandaskan bahwa kepuasan/ketidakpuasan pelanggan merupakan penilaian purnapembelian di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan. Pengertian kepuasan pelanggan dapat diartikan sebagai kinerja suatu barang sekurang-kurangnya sama dengan apa yang diharapkan. (Usmara, 2003: 134-135).

Kepuasan pelanggan menurut Cravens (1996: 9) dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: Sistem pengiriman produk, performa produk atau jasa, citra perusahaan/produk /merek, nilai harga yang dihubungkan dengan nilai yang diterima konsumen, prestasi para karyawan, keunggulan dan kelemahan para pesaing.

Menurut Umar (2002:51) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan.

Tjiptono (1997) dalam Kana (2001) berpendapat terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan memberikan rekomendsi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. Konsep kepuasan pelanggan dari Tjiptono (1997) dalam Kana (2001) dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam memahami prilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen mempunyai sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya yang berakibat langsung terhadap prilaku konsumen. Faktor eksternal yang dimaksud meliputi kebudayaan, sub budaya,kelas social,kelompok social, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan factor internal adalah factor yang ada pada diri konsumen itu sendiri (psikologis) yang meliputi: belajar, kepribadian, dan konsep diri,serta sikap (Stanton,1996:155).

Oleh sebab itu konsumen harus dapat mengendalikan perubahan perilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan melalui evaluasi berkala demi kelangsungan hidup produsen itu sendiri. Tidak semua obat-obatan yang berbentuk jamu mudah diterima oleh masyrakat Indonesia, terutama masyrakat yang mengaku sebagai masyarakat modern. Permasalahannya, bentuk produk yang memilki identitas tersenderi seharusnya menjadi produk pada segmen tertentu. Tapi kenyataannya, pemilihan produk Jamu Tolak Angin keluaran PT Sidomuncul ini mampu menembus segmen yang yang kriterianya diluar dari identitas produk itu sendiri. Sebut saja jamu, jamu lebih dikenal dengan obat-obatan tradisional.Tidak semua merk produk ber-inisial jamu yang mampu diminati oleh sebagian besar konsumen yang ada, tetapi hanya beberapa saja.Salah satunya adalah Jamu Tolak Angin yang menjadi pilihan konsumen khususnyawarga atu masyrakat kota Semarang.
Jamu merupakan produk perusahaan farmasi, merupakan kebutuhan pokok yang mempnyai sifat time utility dimana harus segera dipenuhi ketika waktu pemenuhan itu harus segera sehingga diperlukan suatu kondisi produk yang dapat memuaskan konsumennya agar konsumen tidak salah berperilaku sebagai konsumen produk ini. Maka, untuk mendapatkan perilaku konsumen yang dinginkan produsen memerlukan estimasi pengaruh segmentasi produk, target pasar, posisi pasar dan konsep produk yang tepat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “PENGARUH STP PASAR DAN KONSEP PRODUK TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK JAMU TOLAK ANGIN PT SIDOMUNCUL DI KOTA SEMARANG”

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut :
Banyaknya merk-merk jamu untuk penyakit masuk angin yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen.
Jamu merupakan salah satu obat yang tergolong tradisional. Oleh karenanya, masyarakat modern cenderung menghindari obat-obatan macam ini.
Pentingnya memahami prilaku konsumen untuk meningkatkan penjualan.
Jamu Tolak Angin keluaran PT Sidomuncul menjadi market leader di pasar tanpa mengubah konsep produk jamu yang diberikannya.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimanakah faktor Segmentasi, Target Pasar, dan Posisi pasar berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang?
Bagaimanakah konsep produk berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang?

TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
Untuk mengetahui pengaruh Segmentasi, Target Pasar, dan Posisi pasar terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang.
Untuk mengetahui pengaruh konsep produk terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Bagi peniliti lebih lanjut, penelitian ini bermanfaat untuk menyelsaikan studi kesarjanaan dengan mnyelesaikan skripsi yang berkenaan dengan penelitian ini.
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebgai acuan belajar dan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan strategi di bidang pemasaran
Bagi masyarakat, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian produk, khusunya produk yang diteliti dalam penelitian ini yakni produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

LANDASAN TEORI
Pengertian Pemasaran
Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam benyak perusahaan dewasa ini, pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor penting untuk tetap bertahan menjalankan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan factor vital sebagai strategi pesrusahaan dalam menjalankan usahanya, yang terutama berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran sendiri berasal dari kata pasar, atau bias juga diartikan dengan mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran.

Menurut Kotler ( 2002 : 9 ) Pemasaran adalah proses social yang didalamnyaa individu dan kelompok mendapatkan apa yang meraka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produks yang bernilai dengan pihak lain .�.

Menurut Stanton ( 1996 : 6 ) Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada meupun pembeli potensial .

Menurut Lamb, Hair, Me Daniel ( 2001 : 6 ) Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi .

Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pemasaran bukan hanya kegiatan menjual barang maupun jasa tetapi juga meliputi kegiatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan berusaha mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami tingkah laku konsumen tersebut. Sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk secara lebih baik. Dengan mempelajari prilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan, mengidentifikasi, serta menentukan segmentasi pasar secara tepat dan akurat.

Prilaku Konsumen
Menurut Swasta ( 1992 : 9 ) .Prilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu-individu yang secara langsung terlibat dalam memdapatkan termasuk mempergunakan barang-barang dan jasa, keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut .

Menurut Peter J. Paul dan jerry C. Olson ( 2000 : 6 ) .Prilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kondisi prilaku dan kejadian di sekitar lingkungan di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam kehidupan mereka .

Dari dua jenis definissi di atas dilihat ada dua hal penting dari prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatlkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa secara ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Pembelian Konsumen
Menurut Kotler ( 2002 : 183 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pembelian konsumen yaitu :


Faktor Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai penaruh paling luas dan mendalam terhadap prilaku konsumen. Terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas social. Budaya yang merupakan karakter paling penting dari suatu social yang membedakannya dari kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan prilaku yang paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi.Sub budaya adalah suatu kelompok homogeny atas sejumlah orang yang terbagi menjadi beberapa bagian dari keseluruhan suatu budaya. Masyarakat dalam suatu budaya dan sub budaya sesungguhnya terbagi dalam strata atau kelas social. Kelas social merupakan sekelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka sendiri.

Faktor Sosial
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitas dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli. Karena itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran. Kelompok acuan adalah semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap / prilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran dan status pamakainya.

Faktor Pribadi
Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktivitas sehari-hari, minat dan pendapat seseorang. Seseorang dengan pendapatan yang tinggi dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan pada barang dan jasa yang berkualitas. Selain itu kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk. Konsep diri adalah bagaimana konsumen mempresepsikan diri mereka sendiri, yang meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Karena sangat berguna dalam menganalisis prilaku sonsumen sehingga banyak perusahaan menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian seseorang.

Faktor Psikologis
Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh empat facktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar seseorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa kenyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut.

Faktor Pribadi
Menurut Kotler ( 2002 : 204 ) tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan yang menjadi sasaran. Pada bidang prilaku konsumen ini mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, dan membuang barang , jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuasakan kebutuhan dan hasrat mereka. Para perusahaan yang cermat melakukan riset atau Quesioner atas riset atas proses keputusan pembelian yang ada dalam jenis produk mereka. Ketika membuat keputusan untuk membeli suatu produk, konsumen melewati tahap-tahap sebagai berikut :

Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan umum seseorang seperti lapar, haus, saat mencapai titik tertentu dapat menjadi sebuah dorongan. Kebutuhan juga dapat ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika seseorang melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat menidentifikasi rangsangan yang paling sering membengkitkan minat akan suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.

Pencarian Informasi
Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka pilihan produk dan merk harus diidentifikasi untuk memenuhi kebutuhanya. Dalam mencari berbagai alternative pilihan untuk memuaskan kebutuhan, seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti beberapa banyak biaya waktu, berapa banyak informasi dari masa alalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki oleh konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan pembelian selanjutnya. Sewcara umum konsumen mendapatkan informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar.

Evaluasi Alternatif
Jika samua alternative yang wajar telah diidentifikasikan, konsumen harus mengevaluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merk. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan keluarga dan kelompok lain. Beberapa konsep dasar akan dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuasakan kebutuhan.

Keputusan Pembelian
Setelah mencari dan mengvaluasi berbagai alternative untuk memenuhi kebutuhan, konsumen pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merk, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-lain.

Prilaku Pasca Pembelian
Saat membeli suatu produk,bagi seorang konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidakpuasan tertentu. Perasaan konsumen setelah malakukan pembelian dapat mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang dikatakan oleh konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk tersebut.Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli,kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena setiap alternative yang dihadapi konsumen memiliki kelebihan dan kekurangan.

Segmentasi Pasar (Market Segmentation)
Menurut Kotler, segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (2005, p.307). Tidak ada cara tunggal untuk mensegmentasi pasar. Pemasar harus mencoba sejumlah variabel segmentasi yang berbedabeda, sendiri-sendiri atau bersama-sama, dengan harapan dapat menemukan cara terbaik untuk melihat struktur pasar. Lebih lanjut, Kotler, Bowen dan
Makens (2002, pp. 255-261) menyatakan bahwa segmentasi dapat dilakukan berdasarkan variabelvariabel di bawah ini:
Segmentasi geografis (geographic segmentation)
Segmentasi geografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, daerah otonomi, kota, iklim, atau kawasan pemukiman.

Segmentasi demografis (demographic segmentation)
Segmentasi demografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi berbagai kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras dan kebangsaan. Faktorfaktor demografis paling sering dipakai sebagai dasar untuk mensegmentasi kelompok konsumen. Salah satu alasannya adalah kebutuhan, keinginan dan tingkat penggunaan konsumen berhubungan erat dengan variabel demografis. Alasan yang lainnya adalah bahwa variabel demografis lebih mudah diukur jika dibandingkan dengan jenis variabel lainnya.

Segmentasi perilaku (behavioral segmentation)
Segmentasi ini mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan atas sebuha produk atau jasa, serta manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli sebuah produk atau jasa.

Segmentasi psikografis (psychographic segmentation)
Segmentasi ini membagi konsumen menjadi kelompok yang berbeda-beda berdasarkan karakteristik gaya hidup dan kepribadian konsumen.

Penentuan Target Pasar (Market Targeting)
Setelah mengevaluasi berbagai segmen, perusahaan harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen yang akan dilayani. Pasar sasaran mencakup seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan atau karakteristik umum yang ingin dilayani oleh perusahaan.

Penetapan Posisi Pasar (Market Positioning)
Posisi produk adalah cara produk itu didefinisikan oleh konsumen berdasarkan sejumlah atribut atau, tempat produk tertentu dipikiran konsumen secara relatif terhadap produk-produk yang bersaing (p.272). Dengan kata lain, positioning adalah tentang bagaimana suatu merek perusahaan dapat masuk dan menguasai benak pelanggan. Konsumen terlalu banyak dihadapkan dengan informasi tentang produk dan layanan. Konsumen tidak mungkin mengevaluasi ulang produk setiap saat memutuskan pembelian, sebaliknya dalam benak konsumen setiap produk atau merek akan dikelompokkan dalam sejumlah kategori. Penetapan posisi dimulai dengan produk, yaitu suatu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Penetapan posisi bukanlah kegiatan yang pemasar lakukan terhadap produk, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pemasar terhadap pikiran calon pelanggan sehingga posisi produk dengan tepat dapat ditanamkan di benak pelanggan.
Para pemasar dapat menggunakan 7 atribut penetapan posisi (Kotler, Bowen, Makens, 2002, p.344) di bawah ini:
Penetapan posisi berdasarkan atribut produk
Penetapan posisi berdasarkan manfaat tertentu yang ditawarkan bagi konsumen.
Penetapan posisi berdasarkan penggunaannya
Penetapan posisi berdasarkan siapa kelompok konsumen yang mungkin menjadi pemakai dari produk atau jasa perusahaan.
Penetapan posisi berdasarkan pesaing (lebih baik dari posisi pesaing saat ini
Penetapan posisi berdasarkan kategori produk
Penetapan posisi berdasarkan mutu/ harga

Selanjutnya menurut Kotler (2005, p.339), seluruh strategi pemasaran harus dibangun berdasarkan tiga langkah utama dalam pemasaran bersasaran yaituS TP- Segmentation, Targeting dan Positioning sepertidijelaskan dalam gambar 1.

Segmentasi pasar Penentuan Target Pasar Posisi Pasar
(Segmentation) (targeting) (positioning)
1. Mengidentifikasi dasar 3. Mengembangkan ukuran 5. mengembangkan penetapan
segmentasi pasar daya tarik segmen posisi masing-masing segmen
2. Mengembangkan profil 4. memilih segmen sasaran 6. mengembangkan bauran
pemasaran segmen yang dihasilkan bagi masing-masing segmen
sasaran
Sumber: Kotler, Bowen, dan Makens (2002, p.254)
Gambar 1. Langkah-langkah dalam segmentasi, penentuan target, dan posisi pasar

Segmentasi Pasar (Segmentation)
Proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli khas yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan mempunyai cara yang berbeda-beda untuk membuat segmen pasar dan untuk mengembangkan profil segmen pasar yang dihasilkan.
Membidik Pasar (Targeting)
Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen, dan memilih satu atau beberapa segmen pasar.
Menetapkan Posisi Pasar (Positioning)
Mengembangkan posisi bersaing bagi produk dan mengembangkan bauran pemasaran yang tepat.

KERANGKA PIKIRAN



Penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan adalah Sara Dolnicar dan Roman Freitag(2003) dalam jurnal internasional yang berjudul The influence of interactions between market segmentation strategy and competition on organizational performanceyang meneliti tentang Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi kinerja organisasi di berbagai perusahaan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel bebasnya berupa segmentasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja organisasi dalam perusahaan yang imbasnya mempengaruhi strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.Persamaan penelitian ini dengan penelitain penulis adalah sama-sama menganalisis tentang segmentasi, sedangkan perbedaannya adalah pada objek penelitian dan apa yang dipengaruhi dari variabel bebas tersebut.
(Jurnal Internasional, Faculty of Commerce, University of Wollongong, 2003)

HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis I
H0 : Duduga factor-faktor STP yakni segmentasi produk, target pasar, dan posisi pasar, secara simultan tidak berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.
H1 : Duduga factor-faktor STP yakni segmentasi produk, target pasar, dan posisi pasar, secara simultan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

Hipotesis II
H0 : Duduga factor konsep produk secara simultan tidak berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.
H1 : Duduga factor konsep produk secara simultan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada bagian pemasaran Pabrik Jamu Tolak Angin Sidomuncul, Jl. Soekarno Hatta Km. 28 Kec. Bergas - Klepu, Semarang – Indonesia, Tel : (62-24) 6580-559, (62-298) 523-515 Fax : (62-24) 6580-332, (62-298) 523-509, E-mail : simuncul@indosat.net.id

Populasi dan Sampel
Populasi Penelitian
Populasi dalam penlitian ini adalah seluruh masyarakat yang berperan sebagai konsumen Produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul. Dalam kasusu ini kami memfokuskan populasi penelitian pada masyrakat di wilayah Kota Semarang.
Sampel Penelitian
Karena jumlah populasi (N) yang terlalu besar yaitu sekitar 1500 jiwa dan keterbatasan dana, waktu, serta tenaga yang dimiliki, maka jumlah sampel (n) yang akan diambil akan dihitung berdasarkan Teori Penetapan Jumlah Sampel Menurut Slovin, dimana peneliti menetapkan kesalahan (e) 10%. Ini juga didasarkan atas teori pengambilan sampel menurut Guildford ( 1987 : 125 ) dimana jumlah sampel yang diambil adalah lebih besar dari persyaratan minimal. Maka, jumlah sampel yang diambil adalah:

Jadi sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini sebanyak 100 orang didasarkan dari pembulatan perhitungan Slovin 93,75 dengan nilai kesalahan sebesar 10%.
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa :
Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar, sepertu literature-literatur serta teori-teori yang berkaitan dengan penelitian penulis.
Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan ( scoring ).

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa :
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui wawancara dan kuesioner di lapangan.
Data Sekunder, yaitu data yng diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Biasanya sudah dalam bentuk publikasi saperti data yang diperoleh dari situasi-situasi internet dan data lainnya yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah :
Interview, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan responden dengan bantuan daftar pertanyaan untuk mengumpulkan data primer.
Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis pada responden untuk menjawab.

Variabel penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel terikat (Y) : Prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul di Semarang.
Variabel bebas (X) : Segmentasi, Target Pasar, Posisi pasar, dan Konsep Produk.
Untuk mengetahui hasil tanggapan responden terhadap variabel-veriabel penelitian maka digunakan data interval dengan skala 0-10. Sedangkan untuk mengetahui pengukuran dan interpretasi data, maka data interval dibagi menjadi 5 (lima) skor interval sebagai berikut :
0 - 2 Skor 1
2,1 - 4 Skor 2
4,1 - 6 Skor 3
6,1 - 8 Skor 4
8,1 - 10 Skor 5

Definisi Operasional Variabel
Segmentasi (X1)
Proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli khas yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan mempunyai cara yang berbeda-beda untuk membuat segmen pasar dan untuk mengembangkan profil segmen pasar yang dihasilkan.

Target Pasar (X2)
Melihat tanggapan konsumen dan mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen, dan memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

Posisi Pasar (X3)
Mengetahui tanggapan konsumenterhadap pengembangkan posisi bersaing bagi produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul dan mengetahui lebih lanjut pengembangkan bauran pemasaran yang tepat yang dilakukan oleh pihak perusahaan Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

Konsep Produk (X4)
Gambaran produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul yang diinginkan konsumen dalam memberikan kesenangan dan kepuasan. Indikatornya adalah :

X4.1 Jenis Produk
Penilaian konsumen terhadap jenis produk keluaran Sidomuncul yang ditawarkan ini, yaitu berupa jamu.
X4.2 Pengiklanan
Penilaian konsumen terhadap ragam iklan yang dikeluarkan untuk produk ini.
X4.3 Selera Konsumen
Penilaian konsumen terhadap penampilan luar dan isi dari produk Jamu Tolak Angin dibandingkan dengan produk pesaingnya.
Ketiga indikator di atas diukur berdasarkan tingkat kesenangan dan kepuasan konsumen.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji validasi dan rehabilitasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dengan cara penyetaraan kuisioner valid dan reliable.

Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diingikan dan mampu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrument menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud ( Suharsimi Arikunto, 145 : 2002 ).

Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validasi item, yaitu menguji terhadap kualitas item-itemnya. Yaitu dengan menghitung korelasi antara setiap item dengan skor total sebagai kriteria validilitasnya.

Uji reabilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengukur reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach (a). Dimana, biasanya reliabilitas minimal 0,5.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan yaitu mengungkap data variabel yang diteliti tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud untuk mencari validitas. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
Menyampaikan uji coba keseluruhan responden.
Mengelompokkan item-item dari jawaban kedalam butir dan jumlah skor total yang diperoleh dari masing-masing responden.
Dari skor yang diperoleh kemudian dibuat tabel pehitungan validitas.
Mengkorelasikan tiap butir skor dengan menggunakan rumuas “Product Moment” yang dikemukakan Pearson yaitu :



Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
N = jumlah subjek independen
X = nilai skor butir
∑X² = jumlah kuadrat nilai X
∑Y² = jumlah kuadrat nilai Y

Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistic dengan menggunakan program SPSS,dimana rumus statistic yang digunakan adalah Linier Multiple Regression (regresi linier berganda), dimana fungsinya adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4 X4+ e

Fungsi tersebut menerangkan hubungan antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), dimana :
Y : Prilaku konsumen
A : Konstanta
b1 s/d b4 : Koofesien Regresi
X1 : Segmentasi
X2 : Target Pasar
X3 : Posisi Pasar
X4 : Konsep Produk
e : Faktor ganguan

Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dugunakan untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi antara variabel independent, jika terjadi kolerasi maka terdapat problem multikolonieritas. Untuk mengetahui ada tidaknya multi kolonieritas antar variabel, dapat dilihat dari Variabel Inflation (VIF) dari masing-masing variabel bebas terdapat variabel terikat. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh dapat dinyatakan tidak terjadi multikolonieritas ( Gujarati, 1995).

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan kepengamatan yang kain tetap, maka disebut omoskedastisitas. Dan jika varian berbeda disebut heteroskedasitas ( Santoso, Singgih, 2002 :208 ). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heterosskedatisitas dalam penelitian ini menggunakan metode Sperman Rank Correlation. Apabila hasil pengujian menunjukkan lebih dari ± = 5% maka tidak ada heteroskedasitas.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakan dalam persamaan regrasi mengandung korelasi serial atau tidak diantara variabel penggangu. Menurut Singgih Santoso ( 2002 : 219 ) untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson mendekati angka 2 berarti tidak ada autokorelasi.

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mgnetahui apakah sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya digunakan uji Kolmongorov-Smirnov, menurut Singgih Santoso ( 2001 : 142 ) pedoman pengambilam keputusan dalam uji normalitas yaitu, bila nilai Sig atau signifikan lebih besar daripada 0,05 maka distribusi adalah normalitas (simetris).

SISTEMATIKA SKRIPSI
Bagian pendahuluan berisi : Judul, Pengesahan, Abstrak, Motto dan persembahan, Kata Pengantar, daftar isi, Daftar Gambar, Daftar Tabel dan Daftar lampiran.
Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan atau Manfaat Penelitian
Kerangka Berpikir
Sistematika Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel
Variabel Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penyajian Data
Analisis Data
Pengujian Hipotesis
Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V PENUTUP
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR PUSTAKA

Stanton, William J.1996. Prinsip Pemasaran (terjemahan). Edisi 7,jilid 1.Erlangga. Jakarta.
Lamb,Hair,Mc Daniel.2001. Pemasaran (terjemahan).Edisi Bahasa Indonesia,Jilid Pertama.Salemba empat.Jakarta.
Kotler, Philip.2002.Manajemen Pemasaran (terjemahan).Edisi Millenium, jilid 1.PT. Prenhallindo. Jakarta.
Enggel,Blackwell,Miniard.1994. Prilaku Konsumen (terjemahan).Edisi Enam.Jilid Pertama.Binarupa Aksara.Jakarta.
Dolnicar, Sara.2003. The influence of interactions between market segmentation strategy and competition on organizational, International Journal.Faculty of Commerce, University of Wollongong.
Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian.Edisi Revisi V.PT.Rineka Cipta.Jakarta.
Ferdinand, Augusty. 2000. Manajemen Pemasaran Sebuah Pendekatan Strategik. Semarang : Program Magister Manajemen UNDIP
Indriantoro & Supomo. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Alfabeta.
Kotler. 2000. Manajemen Pemasaran DiIndonesia. Jakarta : Salemba Empat