CONTOH PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH STP PASAR DAN KONSEP PRODUK TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK
JAMU TOLAK ANGIN PT SIDOMUNCUL
DI KOTA SEMARANG

OLEH:
NAMA : DIAN IMAMI MASHURI
NIM : 7350407017

MANAJEMEN PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010 


PROPOSAL SKRIPSI


NAMA : DIAN IMAMI MASHURI
NIM : 7350407017
JURUSAN : MANAJEMEN PEMASARAN


JUDUL SKRIPSI
PENGARUH STP PASAR DAN KONSEP PRODUK TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK JAMU TOLAK ANGIN PT SIDOMUNCUL DI KOTA SEMARANG

LATAR BELAKANG

Kelangsungan hidup sebuah perusahaansangat tergantung pada kepuasan parapelanggannya dan kemampuan menghasilkanlaba. Sebuah perusahaan yang mampumemuaskan kebutuhan pelanggannya, akantetapi tidak mampu menghasilkan laba, tidakmungkin akan tetap eksis dan berkembang.Kepuasan pelanggan dan laba harus dicapaisecara simultan. Pendekatan berdasarkankepentingan pelanggan (customer oriented)sebaiknya dilakukan secara lebih sistematisdan efektif.

Harjati (2003) menyatakan bahwa nilai pelanggan adalah persepsi pelanggan dari apa yang mereka inginkan terjadi yaitu konsekuensi-konsekuensi dari produk/jasa yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhannya, pada situasi spesifik. Suatu merk yang paling unggul di antara merk-merk lainnya akan menduduki posisi pertama dalam benak konsumen dan merupakan merk yang paling mudah diingat oleh konsumen. Hal ini sangat menguntungkan karena apabila konsumen melakukan pembelian, merk yang paling mudah diingat yang pertama kali akan dipertimbangkan untuk dipilih.

Rangkuti (2003: 31) mendefinisikan nilai sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk, didasarkan persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut.
Kepuasan menurut Kotler (2000:42) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan- harapannya.

Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2000) dalamTjiptono (2005:195) mendeskripsikan kepuasan sebagai “the good feeling that you have when you achieved something or when something that you wanted to happen does happen”; ”the act of fulfilling a need or desire”; dan “an acceptable way of dealing with a complaint, a debt, an injury, etc.” Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.

Oliver (1997) dalam Tjiptono (2005: 195) dengan bukunya “Satisfaction: A Behavioral Perpective on the Customer” menyatakan bahwa semua orang paham apa itu kepuasan, tetapi begitu diminta mendefinisikannya, kelihatannya tak seorangpun tahu.

Umar (2002:51) menyatakan kepuasan dibagi dua macam, yaitu: kepuasan fungsional dan kepuasan psikologikal. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan sedangkan kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk.

Schemerhorn (1993) dalam Kana (2001), berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan pelanggannya. Pengertian kepuasan/ketidakpuasan pelanggan secara tradisional merupakan perbedaan antara harapan (expectations) dan kinerja yang dirasakan (perceived performance). Pengertian ini didasarkan pada “disconfirmation paradigm” dari Oliver (1980) dalam Pawitra (1993), yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan ditentukan oleh dua variabel kognitif yaitu harapan prapembelian (prepurchase expectations) yaitu keyakinan tentang kinerja yang diantisipasi dari suatu produk/jasa dan “disconfirmation” yaitu perbedaan antara harapan prapembelian danpersepsi dari purnapembelian (post-purchase perception).

Engel et al, (1990) dalam Pawitra (1993) menandaskan bahwa kepuasan/ketidakpuasan pelanggan merupakan penilaian purnapembelian di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan. Pengertian kepuasan pelanggan dapat diartikan sebagai kinerja suatu barang sekurang-kurangnya sama dengan apa yang diharapkan. (Usmara, 2003: 134-135).

Kepuasan pelanggan menurut Cravens (1996: 9) dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: Sistem pengiriman produk, performa produk atau jasa, citra perusahaan/produk /merek, nilai harga yang dihubungkan dengan nilai yang diterima konsumen, prestasi para karyawan, keunggulan dan kelemahan para pesaing.

Menurut Umar (2002:51) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan.

Tjiptono (1997) dalam Kana (2001) berpendapat terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan memberikan rekomendsi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. Konsep kepuasan pelanggan dari Tjiptono (1997) dalam Kana (2001) dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam memahami prilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen mempunyai sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya yang berakibat langsung terhadap prilaku konsumen. Faktor eksternal yang dimaksud meliputi kebudayaan, sub budaya,kelas social,kelompok social, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan factor internal adalah factor yang ada pada diri konsumen itu sendiri (psikologis) yang meliputi: belajar, kepribadian, dan konsep diri,serta sikap (Stanton,1996:155).

Oleh sebab itu konsumen harus dapat mengendalikan perubahan perilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan melalui evaluasi berkala demi kelangsungan hidup produsen itu sendiri. Tidak semua obat-obatan yang berbentuk jamu mudah diterima oleh masyrakat Indonesia, terutama masyrakat yang mengaku sebagai masyarakat modern. Permasalahannya, bentuk produk yang memilki identitas tersenderi seharusnya menjadi produk pada segmen tertentu. Tapi kenyataannya, pemilihan produk Jamu Tolak Angin keluaran PT Sidomuncul ini mampu menembus segmen yang yang kriterianya diluar dari identitas produk itu sendiri. Sebut saja jamu, jamu lebih dikenal dengan obat-obatan tradisional.Tidak semua merk produk ber-inisial jamu yang mampu diminati oleh sebagian besar konsumen yang ada, tetapi hanya beberapa saja.Salah satunya adalah Jamu Tolak Angin yang menjadi pilihan konsumen khususnyawarga atu masyrakat kota Semarang.
Jamu merupakan produk perusahaan farmasi, merupakan kebutuhan pokok yang mempnyai sifat time utility dimana harus segera dipenuhi ketika waktu pemenuhan itu harus segera sehingga diperlukan suatu kondisi produk yang dapat memuaskan konsumennya agar konsumen tidak salah berperilaku sebagai konsumen produk ini. Maka, untuk mendapatkan perilaku konsumen yang dinginkan produsen memerlukan estimasi pengaruh segmentasi produk, target pasar, posisi pasar dan konsep produk yang tepat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “PENGARUH STP PASAR DAN KONSEP PRODUK TERHADAP PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK JAMU TOLAK ANGIN PT SIDOMUNCUL DI KOTA SEMARANG”

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut :
Banyaknya merk-merk jamu untuk penyakit masuk angin yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen.
Jamu merupakan salah satu obat yang tergolong tradisional. Oleh karenanya, masyarakat modern cenderung menghindari obat-obatan macam ini.
Pentingnya memahami prilaku konsumen untuk meningkatkan penjualan.
Jamu Tolak Angin keluaran PT Sidomuncul menjadi market leader di pasar tanpa mengubah konsep produk jamu yang diberikannya.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimanakah faktor Segmentasi, Target Pasar, dan Posisi pasar berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang?
Bagaimanakah konsep produk berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang?

TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
Untuk mengetahui pengaruh Segmentasi, Target Pasar, dan Posisi pasar terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang.
Untuk mengetahui pengaruh konsep produk terhadap perilaku konsumen dalam membeli produk Jamu Tolak Angin PT Sidomuncul di wilayah Kota Semarang.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Bagi peniliti lebih lanjut, penelitian ini bermanfaat untuk menyelsaikan studi kesarjanaan dengan mnyelesaikan skripsi yang berkenaan dengan penelitian ini.
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebgai acuan belajar dan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan strategi di bidang pemasaran
Bagi masyarakat, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian produk, khusunya produk yang diteliti dalam penelitian ini yakni produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

LANDASAN TEORI
Pengertian Pemasaran
Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam benyak perusahaan dewasa ini, pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor penting untuk tetap bertahan menjalankan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan factor vital sebagai strategi pesrusahaan dalam menjalankan usahanya, yang terutama berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran sendiri berasal dari kata pasar, atau bias juga diartikan dengan mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran.

Menurut Kotler ( 2002 : 9 ) Pemasaran adalah proses social yang didalamnyaa individu dan kelompok mendapatkan apa yang meraka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produks yang bernilai dengan pihak lain .�.

Menurut Stanton ( 1996 : 6 ) Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada meupun pembeli potensial .

Menurut Lamb, Hair, Me Daniel ( 2001 : 6 ) Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi .

Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pemasaran bukan hanya kegiatan menjual barang maupun jasa tetapi juga meliputi kegiatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan berusaha mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami tingkah laku konsumen tersebut. Sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk secara lebih baik. Dengan mempelajari prilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan, mengidentifikasi, serta menentukan segmentasi pasar secara tepat dan akurat.

Prilaku Konsumen
Menurut Swasta ( 1992 : 9 ) .Prilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu-individu yang secara langsung terlibat dalam memdapatkan termasuk mempergunakan barang-barang dan jasa, keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut .

Menurut Peter J. Paul dan jerry C. Olson ( 2000 : 6 ) .Prilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kondisi prilaku dan kejadian di sekitar lingkungan di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam kehidupan mereka .

Dari dua jenis definissi di atas dilihat ada dua hal penting dari prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatlkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa secara ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Pembelian Konsumen
Menurut Kotler ( 2002 : 183 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pembelian konsumen yaitu :


Faktor Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai penaruh paling luas dan mendalam terhadap prilaku konsumen. Terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas social. Budaya yang merupakan karakter paling penting dari suatu social yang membedakannya dari kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan prilaku yang paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari sub budaya yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi.Sub budaya adalah suatu kelompok homogeny atas sejumlah orang yang terbagi menjadi beberapa bagian dari keseluruhan suatu budaya. Masyarakat dalam suatu budaya dan sub budaya sesungguhnya terbagi dalam strata atau kelas social. Kelas social merupakan sekelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka sendiri.

Faktor Sosial
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitas dan lingkungannya tentang produk apa yang harus dibeli. Karena itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri dari 3 bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran. Kelompok acuan adalah semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap / prilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran dan status pamakainya.

Faktor Pribadi
Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktivitas sehari-hari, minat dan pendapat seseorang. Seseorang dengan pendapatan yang tinggi dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan pada barang dan jasa yang berkualitas. Selain itu kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk. Konsep diri adalah bagaimana konsumen mempresepsikan diri mereka sendiri, yang meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Karena sangat berguna dalam menganalisis prilaku sonsumen sehingga banyak perusahaan menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian seseorang.

Faktor Psikologis
Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh empat facktor psikologis utama, yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar seseorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa kenyakinan mengenai ciri-ciri dari suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut.

Faktor Pribadi
Menurut Kotler ( 2002 : 204 ) tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan yang menjadi sasaran. Pada bidang prilaku konsumen ini mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, dan membuang barang , jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuasakan kebutuhan dan hasrat mereka. Para perusahaan yang cermat melakukan riset atau Quesioner atas riset atas proses keputusan pembelian yang ada dalam jenis produk mereka. Ketika membuat keputusan untuk membeli suatu produk, konsumen melewati tahap-tahap sebagai berikut :

Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan umum seseorang seperti lapar, haus, saat mencapai titik tertentu dapat menjadi sebuah dorongan. Kebutuhan juga dapat ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika seseorang melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat menidentifikasi rangsangan yang paling sering membengkitkan minat akan suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.

Pencarian Informasi
Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka pilihan produk dan merk harus diidentifikasi untuk memenuhi kebutuhanya. Dalam mencari berbagai alternative pilihan untuk memuaskan kebutuhan, seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti beberapa banyak biaya waktu, berapa banyak informasi dari masa alalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki oleh konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan pembelian selanjutnya. Sewcara umum konsumen mendapatkan informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar.

Evaluasi Alternatif
Jika samua alternative yang wajar telah diidentifikasikan, konsumen harus mengevaluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merk. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan keluarga dan kelompok lain. Beberapa konsep dasar akan dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuasakan kebutuhan.

Keputusan Pembelian
Setelah mencari dan mengvaluasi berbagai alternative untuk memenuhi kebutuhan, konsumen pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merk, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-lain.

Prilaku Pasca Pembelian
Saat membeli suatu produk,bagi seorang konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidakpuasan tertentu. Perasaan konsumen setelah malakukan pembelian dapat mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang dikatakan oleh konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk tersebut.Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli,kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena setiap alternative yang dihadapi konsumen memiliki kelebihan dan kekurangan.

Segmentasi Pasar (Market Segmentation)
Menurut Kotler, segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (2005, p.307). Tidak ada cara tunggal untuk mensegmentasi pasar. Pemasar harus mencoba sejumlah variabel segmentasi yang berbedabeda, sendiri-sendiri atau bersama-sama, dengan harapan dapat menemukan cara terbaik untuk melihat struktur pasar. Lebih lanjut, Kotler, Bowen dan
Makens (2002, pp. 255-261) menyatakan bahwa segmentasi dapat dilakukan berdasarkan variabelvariabel di bawah ini:
Segmentasi geografis (geographic segmentation)
Segmentasi geografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, daerah otonomi, kota, iklim, atau kawasan pemukiman.

Segmentasi demografis (demographic segmentation)
Segmentasi demografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi berbagai kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras dan kebangsaan. Faktorfaktor demografis paling sering dipakai sebagai dasar untuk mensegmentasi kelompok konsumen. Salah satu alasannya adalah kebutuhan, keinginan dan tingkat penggunaan konsumen berhubungan erat dengan variabel demografis. Alasan yang lainnya adalah bahwa variabel demografis lebih mudah diukur jika dibandingkan dengan jenis variabel lainnya.

Segmentasi perilaku (behavioral segmentation)
Segmentasi ini mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan atas sebuha produk atau jasa, serta manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli sebuah produk atau jasa.

Segmentasi psikografis (psychographic segmentation)
Segmentasi ini membagi konsumen menjadi kelompok yang berbeda-beda berdasarkan karakteristik gaya hidup dan kepribadian konsumen.

Penentuan Target Pasar (Market Targeting)
Setelah mengevaluasi berbagai segmen, perusahaan harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen yang akan dilayani. Pasar sasaran mencakup seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan atau karakteristik umum yang ingin dilayani oleh perusahaan.

Penetapan Posisi Pasar (Market Positioning)
Posisi produk adalah cara produk itu didefinisikan oleh konsumen berdasarkan sejumlah atribut atau, tempat produk tertentu dipikiran konsumen secara relatif terhadap produk-produk yang bersaing (p.272). Dengan kata lain, positioning adalah tentang bagaimana suatu merek perusahaan dapat masuk dan menguasai benak pelanggan. Konsumen terlalu banyak dihadapkan dengan informasi tentang produk dan layanan. Konsumen tidak mungkin mengevaluasi ulang produk setiap saat memutuskan pembelian, sebaliknya dalam benak konsumen setiap produk atau merek akan dikelompokkan dalam sejumlah kategori. Penetapan posisi dimulai dengan produk, yaitu suatu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Penetapan posisi bukanlah kegiatan yang pemasar lakukan terhadap produk, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pemasar terhadap pikiran calon pelanggan sehingga posisi produk dengan tepat dapat ditanamkan di benak pelanggan.
Para pemasar dapat menggunakan 7 atribut penetapan posisi (Kotler, Bowen, Makens, 2002, p.344) di bawah ini:
Penetapan posisi berdasarkan atribut produk
Penetapan posisi berdasarkan manfaat tertentu yang ditawarkan bagi konsumen.
Penetapan posisi berdasarkan penggunaannya
Penetapan posisi berdasarkan siapa kelompok konsumen yang mungkin menjadi pemakai dari produk atau jasa perusahaan.
Penetapan posisi berdasarkan pesaing (lebih baik dari posisi pesaing saat ini
Penetapan posisi berdasarkan kategori produk
Penetapan posisi berdasarkan mutu/ harga

Selanjutnya menurut Kotler (2005, p.339), seluruh strategi pemasaran harus dibangun berdasarkan tiga langkah utama dalam pemasaran bersasaran yaituS TP- Segmentation, Targeting dan Positioning sepertidijelaskan dalam gambar 1.

Segmentasi pasar Penentuan Target Pasar Posisi Pasar
(Segmentation) (targeting) (positioning)
1. Mengidentifikasi dasar 3. Mengembangkan ukuran 5. mengembangkan penetapan
segmentasi pasar daya tarik segmen posisi masing-masing segmen
2. Mengembangkan profil 4. memilih segmen sasaran 6. mengembangkan bauran
pemasaran segmen yang dihasilkan bagi masing-masing segmen
sasaran
Sumber: Kotler, Bowen, dan Makens (2002, p.254)
Gambar 1. Langkah-langkah dalam segmentasi, penentuan target, dan posisi pasar

Segmentasi Pasar (Segmentation)
Proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli khas yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan mempunyai cara yang berbeda-beda untuk membuat segmen pasar dan untuk mengembangkan profil segmen pasar yang dihasilkan.
Membidik Pasar (Targeting)
Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen, dan memilih satu atau beberapa segmen pasar.
Menetapkan Posisi Pasar (Positioning)
Mengembangkan posisi bersaing bagi produk dan mengembangkan bauran pemasaran yang tepat.

KERANGKA PIKIRAN



Penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan adalah Sara Dolnicar dan Roman Freitag(2003) dalam jurnal internasional yang berjudul The influence of interactions between market segmentation strategy and competition on organizational performanceyang meneliti tentang Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi kinerja organisasi di berbagai perusahaan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel bebasnya berupa segmentasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja organisasi dalam perusahaan yang imbasnya mempengaruhi strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.Persamaan penelitian ini dengan penelitain penulis adalah sama-sama menganalisis tentang segmentasi, sedangkan perbedaannya adalah pada objek penelitian dan apa yang dipengaruhi dari variabel bebas tersebut.
(Jurnal Internasional, Faculty of Commerce, University of Wollongong, 2003)

HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis I
H0 : Duduga factor-faktor STP yakni segmentasi produk, target pasar, dan posisi pasar, secara simultan tidak berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.
H1 : Duduga factor-faktor STP yakni segmentasi produk, target pasar, dan posisi pasar, secara simultan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

Hipotesis II
H0 : Duduga factor konsep produk secara simultan tidak berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.
H1 : Duduga factor konsep produk secara simultan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada bagian pemasaran Pabrik Jamu Tolak Angin Sidomuncul, Jl. Soekarno Hatta Km. 28 Kec. Bergas - Klepu, Semarang – Indonesia, Tel : (62-24) 6580-559, (62-298) 523-515 Fax : (62-24) 6580-332, (62-298) 523-509, E-mail : simuncul@indosat.net.id

Populasi dan Sampel
Populasi Penelitian
Populasi dalam penlitian ini adalah seluruh masyarakat yang berperan sebagai konsumen Produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul. Dalam kasusu ini kami memfokuskan populasi penelitian pada masyrakat di wilayah Kota Semarang.
Sampel Penelitian
Karena jumlah populasi (N) yang terlalu besar yaitu sekitar 1500 jiwa dan keterbatasan dana, waktu, serta tenaga yang dimiliki, maka jumlah sampel (n) yang akan diambil akan dihitung berdasarkan Teori Penetapan Jumlah Sampel Menurut Slovin, dimana peneliti menetapkan kesalahan (e) 10%. Ini juga didasarkan atas teori pengambilan sampel menurut Guildford ( 1987 : 125 ) dimana jumlah sampel yang diambil adalah lebih besar dari persyaratan minimal. Maka, jumlah sampel yang diambil adalah:

Jadi sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini sebanyak 100 orang didasarkan dari pembulatan perhitungan Slovin 93,75 dengan nilai kesalahan sebesar 10%.
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa :
Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar, sepertu literature-literatur serta teori-teori yang berkaitan dengan penelitian penulis.
Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan ( scoring ).

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa :
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui wawancara dan kuesioner di lapangan.
Data Sekunder, yaitu data yng diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Biasanya sudah dalam bentuk publikasi saperti data yang diperoleh dari situasi-situasi internet dan data lainnya yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah :
Interview, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan responden dengan bantuan daftar pertanyaan untuk mengumpulkan data primer.
Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis pada responden untuk menjawab.

Variabel penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel terikat (Y) : Prilaku konsumen dalam pembelian produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul di Semarang.
Variabel bebas (X) : Segmentasi, Target Pasar, Posisi pasar, dan Konsep Produk.
Untuk mengetahui hasil tanggapan responden terhadap variabel-veriabel penelitian maka digunakan data interval dengan skala 0-10. Sedangkan untuk mengetahui pengukuran dan interpretasi data, maka data interval dibagi menjadi 5 (lima) skor interval sebagai berikut :
0 - 2 Skor 1
2,1 - 4 Skor 2
4,1 - 6 Skor 3
6,1 - 8 Skor 4
8,1 - 10 Skor 5

Definisi Operasional Variabel
Segmentasi (X1)
Proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli khas yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan mempunyai cara yang berbeda-beda untuk membuat segmen pasar dan untuk mengembangkan profil segmen pasar yang dihasilkan.

Target Pasar (X2)
Melihat tanggapan konsumen dan mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen, dan memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

Posisi Pasar (X3)
Mengetahui tanggapan konsumenterhadap pengembangkan posisi bersaing bagi produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul dan mengetahui lebih lanjut pengembangkan bauran pemasaran yang tepat yang dilakukan oleh pihak perusahaan Jamu Tolak Angin Sidomuncul.

Konsep Produk (X4)
Gambaran produk Jamu Tolak Angin Sidomuncul yang diinginkan konsumen dalam memberikan kesenangan dan kepuasan. Indikatornya adalah :

X4.1 Jenis Produk
Penilaian konsumen terhadap jenis produk keluaran Sidomuncul yang ditawarkan ini, yaitu berupa jamu.
X4.2 Pengiklanan
Penilaian konsumen terhadap ragam iklan yang dikeluarkan untuk produk ini.
X4.3 Selera Konsumen
Penilaian konsumen terhadap penampilan luar dan isi dari produk Jamu Tolak Angin dibandingkan dengan produk pesaingnya.
Ketiga indikator di atas diukur berdasarkan tingkat kesenangan dan kepuasan konsumen.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji validasi dan rehabilitasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dengan cara penyetaraan kuisioner valid dan reliable.

Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diingikan dan mampu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrument menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud ( Suharsimi Arikunto, 145 : 2002 ).

Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validasi item, yaitu menguji terhadap kualitas item-itemnya. Yaitu dengan menghitung korelasi antara setiap item dengan skor total sebagai kriteria validilitasnya.

Uji reabilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengukur reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach (a). Dimana, biasanya reliabilitas minimal 0,5.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan yaitu mengungkap data variabel yang diteliti tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud untuk mencari validitas. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
Menyampaikan uji coba keseluruhan responden.
Mengelompokkan item-item dari jawaban kedalam butir dan jumlah skor total yang diperoleh dari masing-masing responden.
Dari skor yang diperoleh kemudian dibuat tabel pehitungan validitas.
Mengkorelasikan tiap butir skor dengan menggunakan rumuas “Product Moment” yang dikemukakan Pearson yaitu :



Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
N = jumlah subjek independen
X = nilai skor butir
∑X² = jumlah kuadrat nilai X
∑Y² = jumlah kuadrat nilai Y

Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistic dengan menggunakan program SPSS,dimana rumus statistic yang digunakan adalah Linier Multiple Regression (regresi linier berganda), dimana fungsinya adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4 X4+ e

Fungsi tersebut menerangkan hubungan antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), dimana :
Y : Prilaku konsumen
A : Konstanta
b1 s/d b4 : Koofesien Regresi
X1 : Segmentasi
X2 : Target Pasar
X3 : Posisi Pasar
X4 : Konsep Produk
e : Faktor ganguan

Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dugunakan untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi antara variabel independent, jika terjadi kolerasi maka terdapat problem multikolonieritas. Untuk mengetahui ada tidaknya multi kolonieritas antar variabel, dapat dilihat dari Variabel Inflation (VIF) dari masing-masing variabel bebas terdapat variabel terikat. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh dapat dinyatakan tidak terjadi multikolonieritas ( Gujarati, 1995).

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan kepengamatan yang kain tetap, maka disebut omoskedastisitas. Dan jika varian berbeda disebut heteroskedasitas ( Santoso, Singgih, 2002 :208 ). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heterosskedatisitas dalam penelitian ini menggunakan metode Sperman Rank Correlation. Apabila hasil pengujian menunjukkan lebih dari ± = 5% maka tidak ada heteroskedasitas.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakan dalam persamaan regrasi mengandung korelasi serial atau tidak diantara variabel penggangu. Menurut Singgih Santoso ( 2002 : 219 ) untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson mendekati angka 2 berarti tidak ada autokorelasi.

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mgnetahui apakah sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya digunakan uji Kolmongorov-Smirnov, menurut Singgih Santoso ( 2001 : 142 ) pedoman pengambilam keputusan dalam uji normalitas yaitu, bila nilai Sig atau signifikan lebih besar daripada 0,05 maka distribusi adalah normalitas (simetris).

SISTEMATIKA SKRIPSI
Bagian pendahuluan berisi : Judul, Pengesahan, Abstrak, Motto dan persembahan, Kata Pengantar, daftar isi, Daftar Gambar, Daftar Tabel dan Daftar lampiran.
Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan atau Manfaat Penelitian
Kerangka Berpikir
Sistematika Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel
Variabel Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penyajian Data
Analisis Data
Pengujian Hipotesis
Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V PENUTUP
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR PUSTAKA

Stanton, William J.1996. Prinsip Pemasaran (terjemahan). Edisi 7,jilid 1.Erlangga. Jakarta.
Lamb,Hair,Mc Daniel.2001. Pemasaran (terjemahan).Edisi Bahasa Indonesia,Jilid Pertama.Salemba empat.Jakarta.
Kotler, Philip.2002.Manajemen Pemasaran (terjemahan).Edisi Millenium, jilid 1.PT. Prenhallindo. Jakarta.
Enggel,Blackwell,Miniard.1994. Prilaku Konsumen (terjemahan).Edisi Enam.Jilid Pertama.Binarupa Aksara.Jakarta.
Dolnicar, Sara.2003. The influence of interactions between market segmentation strategy and competition on organizational, International Journal.Faculty of Commerce, University of Wollongong.
Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian.Edisi Revisi V.PT.Rineka Cipta.Jakarta.
Ferdinand, Augusty. 2000. Manajemen Pemasaran Sebuah Pendekatan Strategik. Semarang : Program Magister Manajemen UNDIP
Indriantoro & Supomo. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Alfabeta.
Kotler. 2000. Manajemen Pemasaran DiIndonesia. Jakarta : Salemba Empat

PENGGUNAAN AKUNTANSI PENUH DALAM PENENETUAN HARGA TRANSFER

1. Latar Belakang Timbulnya Masalah Harga Transfer

Masalah penentuan harga transfer dijumpai pada perusahaan yan organisasinya di susun menurut pusat-pusat laba, dan antar pusat laba yang dibentuk tersebut terjadi transfer barang atau jasa. Perusahaan semacam ini biasanya adalah perusahaan yang telah mengalami kemajuan yang pesat dan kompleksitas. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.
a. Diferensiasi
Diferensiasi adalah proses pembagian pekerjaan menjadi tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
b. Diversifikasi
Diversifikasi merupakan proses pembentukan unit-unit organisasi untuk menghadapi berbagai lingkungan industri.
c. Integrasi
Integrasi merupakan usaha untuk mengkoordinasikan divisi-divisi yang terbentuk dari adanya diferensiasi dan diversifikasi agar divisi-divisi yang telah terbentuk tidak tercerai-berai.
Harga transfer memiliki peran ganda. Di satu sisi, harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing divisi untuk mendapatkan laba. Di sisi lain, harga transfer berperan sebagai salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi. Misalnya dalam penentuan sumber pengadaan barang, manajemen puncak dapat menempuh kebijakan jika menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, manajer divisi dipaksa untuk memilih sumber pengadaan dari divisi lain dalam perusahaan, tidak dari pemasok lain.

Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian kebebasan untuk mengambil keputusan.
Desentralisasi dapat mengambil salah satu dari tiga bentuk berikut ini :
(1) Desentralisasi berdasarkan fungsi ( functional decentralization ),
(2) Desentralisasi berdasarkan daerah ( geographical decentralization ),
(3) Desentralisasi berdasar laba ( profit decentralization ).

Desentralisasi memiliki kebaikan dan kelemahan. Manfaat desentralisasi adalah :
1) Para manajer tingkat yang lebih rendah mempunyai pengetahuan yang terbaik tentang kondisi setempat.
2) Desentralisasi memberikan kesempatan bagi para manajer tingkat lebih rendah dalam mempersipakan diri untuk jabatan yang lebih tinggi setelah berlatih mengelola unit organisasi tingkat bawah.
3) Desentralisasi memberikan kebebasan bagi para manajer dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka dapat merasakan statusnya lebih tinggi bila dibandingkan jiks mereka tidak memiliki kebebasan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian desentralisasi dapat memberikan motivasi bagi para manajer untuk berprestasi.
Sedangkan, kelemahan desentralisasi adalah :
1) Para manajer mungkin membuat keputusan yang hanya menguntungkan divisi yang dipimpinnya saja, dengan akibat merugikan perusahaan secara keseluruhan.
2) Para manajer mempunyai kecenderungan untuk memiliki sendiri unit organisasi penghasil jasa yang sebenarnya akan lebih murah jika jasa tersebut disediakan secara terpusat.
3) Kadang-kadang biaya pengumpulan dan pengelolaan informasi mengalami kenaikan dalam perusahaan yang organisasinya sudah didesentralisasikan.

2. Konsep Harga Transfer
Harga transfer merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam perusahaan yang sama. Penentuan harga transfer dalam perusahaan yang telah mendesentralisasikan organisasinya ke dalam pusat-pusat laba menimbulkan berbagai masalah , terutama masalah yang menyangkut penentuan harga transfer yang adil bagi semua pihak yang terkait, masalah motivasi, pengukuran kinerja, dan masalah pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Karakteristik Harga Transfer
Jika antar pusat laba dalam suatu perusahaan membeli dan menjual barang, ada dua macam keputusan yang harus dibuat :
1) Keputusan pemilihan sumber. Apakah memproduksi sendiri ataukah membeli dari pemasok. Keputusan ini disebut sourcing decision.
2) Keputusan penentuan harga transfer. Jika barang diproduksi di dalam perusahaan sendiri, keputusan berikutnya adalah pada harga transfer dari divisi penjual ke divisi pembeli. Keputusan ini dikenal dengan istilah transfer pricing decision.
Harga transfer pada hakikatnya memiliki tiga karakteristik berikut :
a. Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait hanya diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh mereka dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh barang yang diporduksi di divisi pembeli.
b. Harga transfer mengandung unsur laba di dalamnya
c. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi dan sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.

3. Masalah yang Dirundingkan dalam Penentuan Harga Transfer
Dua masalah yang dirundingkan antara divisi penjual dan divisi pembeli adalah :
a. Dasar yang digunakan sebagai landasan penentuan harga transfer
b. Besarnya laba yang diperhitungkan dalam harga transfer


Metode Penentuan Harga Transfer
a. Penentuan harga transfer atas dasar biaya
(Cost-Based Transfer Pricing).
Dalam penentuan harga transfer ini, harga jual barang yang ditransfer antar divisi didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penetuan harga transfer dapat dipilih dari dua macam biaya, yaitu biaya penuh sesungguhnya dan biaya penuh standar.
Jika activity based cost dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya yang digunakan sebagai dasar penetuan harga transfer, maka unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Unit level activity cost. Biaya ini dibebeankan oleh divisi penjual berdasarkan biaya standar dikalikan jumlah produk yang ditransfer.
2) Batch-related activity cost. Biaya ini dibebankan kepada divisi pembeli berdasarkan jumlah batch-related activity cost standar yang dikeluarkan ole divisi penjual
3) Product-sustaining activity cost. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiiran jumlah unit produk yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut.
4) Facility-sustaining activity cost. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.

b. Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar.

Harga pasar merupakan harga kesempatan bagi divisi penjual maupun pembeli. Bagi divisi penjual, harga pasar merupakan penghasillan yang akan dikorbankan didalam transfer produk kepada divisi pembeli, sedangkan bagi divisi pembeli harga pasar tersebut merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan jika produk tersebut dibeli dari pihak luar.

5. Masalah dalam Penentuan Harga Transfer

Setiap harga transfer akan menjadi biaya variabel bagi divisi pembeli, meskipun dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan, harga transfer tersebut mengandung unsur biaya tetap dari divisi penjualan. Jika di devisi pembeli terdapat kapasitas yang berlebih, analisis biaya yang dilakukan oleh divisi pembeli untuk pengambilan keputusan jangka pendek di bidang pemasaran akan berakibat terjadinya kesalahan kesimpulan. Jika divisi pembeli memperlakukan unsur biaya biaya tetap yang terdapat dalam harga barang yang ditransfer dari divisi penjual sebagai biaya variabel, biaya variabel divisi pembeli akan berbeda dengan biaya variabel dari sudut pandang perusahaan secara keseluruhan.
Jika manajer divisi pembeli melakukan perencanaan laba jangka pendek, ia akan memperlakukan harga yang dibayarkan kepada divisi penjual untuk produk yang ditransfer dari divisi tersebut sebagai unsur biaya variabel. Dengan demikian usaha optimasi laba jangka pendek yang dilakukan oleh divisi pembeli tidak selalu berakibat optimasi laba perusahaan secara keseluruhan.
Masalah tersebut selalu timbul jiak produk atau jasa ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli dengan menggunakan harga transfer persatuan. Masalah ini menjadi lebih besar dalam perusahaan yang divisinyamemasarkan produk yang diproduksi oleh divisi lain dalam perusahaan yang sama.
Jika suatu divisi menjual seluruh produknya ke divisi lain dalam perusahaan yang sama, divisi tersebut merupakan captive suplier. Manajer divisi penjual ini tidak memilki wewenang yang signifikan dalam bidang pemasaran. Tanggung jawab pokoknya adalah pada pada pengendalian biaya, mutu produk, ketepatan jadwal produksi. Laba divisi ini sangat ditentukan oleh volume produk yang dijual oleh divisi pembeli. Dengan demikian, laba bukan meruapkan ukuran kinerja yang baik bagi kinerja manajer divisi penjual.
Untuk memcahkan masalah yang dihadapi oleh captive suplier tersebut, ada dua alternatif yang dapat dipilih:
1. Memperlakukan divisi penjual sebagai pusat biaya
2. Memilih satu dari tiga alternatif harga transfer: baben tetap bulanan, pembagian laba, dan dua macam harga.

Divisi penjual diperlakukan sebagai pusat biaya
Jika divisi penjual mentransfer seluruh atau sebagian produknya kepada divisi lain kepada perusahaan yang sama, divisi penjual pada hakekatnya merupakan peseudo profit center (pusat laba tidak dalm arti yang sebenarnya). Manajer divisi penjual ini tidak memilki wewenang yang berarti dalam pemasaran produknya, sehingga laba divisinya sangat ditentukan oleh kinerja divisi lain. Dengan demikian, laba tidak dapat mencerminkan kinerja divisi penjual ini. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang tersedia bagi divisi penjual yang diperlukan sebagai captive supplier bagi divisi lain ini adalah dengan memperlakukan divisi tersebut sebagai pusat biaya. Tanggung jawab divisi penjual adalah terbatas pada pengendalian terhadap biaya.

Beban tetap bulanan (Fixed Monthly Charge)
Jika alternatif memperlakukan divisi penjual sebagai psat biaya tidak dipilih, namun agar kinerja divisi penjual tidak ssemata-mata ditentukan oleh kinerja divisi pembeli, maka peentuan harga transfer dapat dilakukan dengan beban tetap bulanan. Dengan menggunakan beban tetap bulanan, divisi penjual sebagai captive supplier tetap diperlakukan sebagai pusat laba, yang kinerjanya tidak dipengaruhi oleh volume penjualan divisi pembeli. Harga transfer produk divisi penjual dihitung sebagai berikut:
1. Produk yang ditransfer ke divisi pembeli ditentukan harga transfernya sebesar biaya variabel persatuan. Jika misalnya divisi penjual mentransfer X unit produk ke divisi pembeli, maka divisi pembeli akan dibebani dengan hasil kali biaya variabel per unit. Dengan jumlah unit produk yang ditransfer ke divisi pembeli.
2. Setiap bulan divisi pembeli akan dibebani dengan beban tetap bulanan yang unsurnya terdiri dari:
a. Biaya tetap. Biaya tetap yang dibebankan oleh divisi penjual adalah sebesar biaya tetap yang terjadi untuk penyediaan kapasitas untuk kepentingan divisi pembeli. Karena sebaga captive suplier, divisi penjual telah menyediakan kapasaitas untuk keperluan divisi pembeli, maka semua biaya tetap yang timbul sebagai akibat penyediaan kapasitas tersebut dibebankan pada divisi pembeli. Dengan demikian volume kegiatan divisi pembeli tidak mempengaruhi perhitungan laba divisi penjual.
b. Laba. Unsur laba yang diperhitungkan dalam harga transfer ini dihitung sebesar tarif kembalian investasi (Return on investment) atas investasi divisi penjual unruk melayani kepentingan divisi pembeli.
Besarnya biaya tetap yang dibebankan kepada divisi pembeli dan besarnya laba yang ditambahkan dalam harga transfer perlu dirundingkan secara periodek antar divisi penjual dan divisi pembeli.

Pembagian Laba (Profit Sharing)
Dalam penentuan harga transfer ini, divisi pembeli dibebani baiaya variabel standar untuk setiap unit produk yang ditransfer oleh divisi penjual ke divisi pembeli. Biaya variabel divisi penjual ke divisi pembeli ini digunakan untuk menghitung biaya variabel komulatif produk yang selesai diproduksi dan dijual oleh divisi pembeli. Setelah divisi penjual berhasil menjual produk tersebut ke pasar luar, laba kontribusi yang diperoleh (yang merupakan selisih harga jual ke pasar luar dikurangi dengan biaya variabel kumulatif) dibagi secara adil kepada divisi penjual dan divisi pembeli.

Dua Perangkat Harga (Two Sets of Price)
Untuk menyelsaikan masalah yang dihadapi oleh divisi penjual yang bertindak sebagai captive supplier dapat ditempuh cara lain dengan menggunakan dua perangkat harga untuk produk yang ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli. Perangkat harga pertama yang digunakan adalah harga jual produk divisi penjual di pasar luar perusahaan. Pada saat divisi penjual mentransfer produk ke divisi pembeli, rekening pendapatan divisi penjual dikredit sebesar jumlah unit produk yang ditransfer dikalikan dengan harga jual produk tersebut di pasar luar dikurangi dengan biaya pemasaran. Divisi pembeli dibebani sebesar biaya variabel standar. Selish antar penadapatan dan biaya variabel tersebut, dikreditkan ke rekening kantor pusat dan di eliminasi pda saat dilakukan konsolidasi laporan keuangan.

Pengelolaan Harga transfer
Karena penentuan harga transfer berdampak langsung terhadap laba divisi yang terlibat dalam transfer produk atau jasa, sistem penentuan harga transfer memerlukan aturan formal agar dapat dilakukan secara berhasil. Dua aturan formal yang perlu ditetapkan adalah aturan negosiasi dan aturan penyelesaian jika negosiasi menghadapi jalan buntu.

Negosiasi antar divisi

Jika pembentukan divisi disertai dengan desentralisasi wewenag manajemen puncak, penentuan harga transfer tidak ditetapkan oleh staf manajemen puncak, namun merupakan hasil negosiasi antar manajer divisi yang terlibat dalam transfer barang atau jasa. Jika wewenang penentuan harga transfer masih ditangan staf manajemen puncak, manager divisi tidak ditempatkan dalam posisi yang dapat mengendalikan pendapatan dan biaya divisinya. Dengan demikian, kondisi ini akan mengakibatkan laba divisi tidak dapat dipakai sebagai pengukur yang baik kinerja manajer divisi.
Setiap metode harga transfer seolah-olah seperti pedang bermata dua. Jika metode harga transfer menguntungkan divisi penjual, tentu dilain pihak akan merugikan divisi pembeli. Begitu pula sebaliknya, jika divisi pembeli diuntungkan dengan metode harga transfer tertentu, maka divisi penjual tentu akan dirugikan. Oleh karena itu, penentuan harga transfer harus dirundingkan oelh manajer divisi yang terlibat.
Dalam melakukan perundingan, divisi yang terlibat perlu menetapkan dasar yang akan dipakai sebagai landasan perundingan. Jiak digunakan baiya penuh sebagi dasar, divisi yang terlibat perlu merundungkan tipe biaya yang akan dipakai sebagai dasar (biaya standar atau biaya sesungguhnya), unsur biaya yang diperhitungkan sebagai dasar penentuan harga transfer, unsur aktiva yang diperhitungkan dalam capital employed, dan besarnya tarif kembalian yang diperhitngkan dalam menghitung laba. Biasanya kantor pusat menetapkan kebijakan yang bersangkutan dengan sumber pengadaan. Misalnya divisi dilarang mengadakan kebutuhan bahan dari perusahaan luar yang merupakan pesaing divisi lain dalam perusahaan.

Arbitrase
Bagaimanapun rinci aturan negosiasi yang telah disepakati oleh divisi yang terlibat, suatu saan akan terjadi jalan buntu dalam perundingan penetuan harga transfer. Oleh karena itu, perlu disusun prosedur untuk menengahi perselisihan yang terjadi anatar divisi penjual dan divisi pembeli. Lembaga arbitrase perlu dibentuk untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dipersengketakan oleh divisi penjual dan divisi pembeli. Dalam lembaga arbitrase ini, managemen kantor pusat bertanggung jawab dalam membantu penyelesaian masalah-masalah yang disengketakan oleh para manajer divisi yang terkait dalam penentuan harga transfer. Lembaga arbitrase ini bertanggung jawab untuk:
1. Menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam penentuan harga transfer.
2. Menelaah perubahan sumber pengadaan.
3. Mengubah aturan harga transfer jika diperlukan.